Nasib Pelajar di Pelosok Bima, Bertaruh Nyawa saat Belajar di Bawah Gedung Rusak
Kondisi gedung SMP 12 Satap Langgudu, Kabupaten Bima sangat memperihatinkan. Para siswa belajar di gedung rusak yang membahayakan keselamatan siswa.
Penulis: Atina | Editor: Sirtupillaili
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina
TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA BIMA - Jargon merdeka belajar yang digaungkan pemerintah sepertinya masih menjadi mimpi bagi pelajar di pelosok desa Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Seperti dialami 36 orang pelajar di SMP 12 Satap Langgudu, Kabupaten Bima.
Jangankan merdeka memilih pelajaran yang diminati, tempat layak belajar saja belum mereka dimiliki.
Para siswa di sekolah ini harus bertaruh nyawa setiap kali mengikuti proses belajar mengajar di ruang kelasnya.
Mereka terpaksa belajar di bawah atap ambruk dan gedung sekolah yang keropos.
Kondisi SMP 12 Satap Langgudu Bima ini ambruk sejak tahun 2020 lalu.
Baca juga: Dikbudpora Sebut Masih Ada Puluhan Sekolah Ambruk di Kabupaten Bima
Baca juga: Bocah 12 Tahun di Bima Tewas Digigit Anjing, Diduga Terinfeksi Virus Rabies
Hingga kini, belum ada tanda-tanda gedung sekolah itu akan diperbaiki.
Mau tidak mau pelajar nekat belajar di ruangan rusak karena tidak memiliki pilihan.
Kepala Desa Kalodu Sami'un menyampaikan, ada tiga ruang kelas yang rusak parah.
Yakni ruang kelas 1, kelas II dan kelas III.
"Atap tiga ruang kelas itu rusak semua karena ambruk dua tahun lalu," ujarnya.
Saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, sebagian siswa duduk menggunakan kursi, tapi sebagai duduk lesehan di lantai.
Karena kursi dan meja juga sudah banyak rusak akibat tertimpa material atap.
"Itu saat tidak ada hujan. Berbeda misalnya ketika hujan turun, mereka saya lihat pinjam gedung SD di sebelahnya," jelas Samiun.
Akibat kondisi sekolah tersebut, dua tahun terakhir tidak sedikit siswa yang memilih pindah sekolah.
Ada yang pindah ke MTs, bahkan ke SMP lain yang terletak di desa lain kecamatan setempat.
"Sekarang siswa yang tersisa hanya 36 orang," terangnya.
Samiun tidak mengetahui apakah pihak sekolah sudah mengadukan kondisi sekolah ke Dikbudpora Bima.
Namun, beberapa waktu lalu dia pernah dilihat Wakil Bupati Bima Dahlan M Noer datang ke sekolah tersebut.
"Saat itu dijanjikan dalam waktu dekat akan diperbaiki. Nah, rencana perbaikannya kapan?," tanya Samiun.
Samiun menambahkan, persoalan fasilitas dasar rakyat di Desa Kalodu yang perlu perhatian bukan hanya jalan.
Tapi juga kebutuhan dasar lain, seperti sekolah yang saat ini ia ungkap.
Ia berharap, Pemerintah Kabupaten Bima memiliki perhatian lebih pada kebutuhan dasar rakyat di desanya.
(*)