Event MotoGP Mandalika 2022 Diprediksi Hasilkan 70 Ton Sampah, Pemprov Optimalisasi Penanganan

Dinas LHK Provinsi NTB memprediksi pengeluaran sampah event MotoGP Mandalika di sekitar area Sirkuit Mandalika sebesar 70 ton sampah per hari

Penulis: Robbyan Abel Ramdhon | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Dok. Tribunlombok.com/Sinto
Foto arena bagian dalam Sirkuit Mandalika. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robbyan Abel Ramdhon

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi NTB beberkan data menyangkut prediksi pengeluaran sampah di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika jelang event MotoGP Mandalika 2022, Senin (7/2/2022).

Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Pencemaran Dinas LHK Provinsi NTB, Firmansyah, memprediksi event MotoGP Mandalika akan berdampak pada pengeluaran sampah di sekitar area Sirkuit Mandalika sebesar 70 ton sampah dalam sehari.

“Anggaplah yang datang seratus ribu orang, kemudian dengan asumsi setiap orang menghasilkan sampah 0,7 kg dengan standar SNI, itu saja sudah bisa 70 ton sampahnya,” paparnya.

Angka ini diperkuat berdasarkan fakta dari pengalaman di event sebelumnya ketika gelaran WSBK di Sirkuit Mandalika.

Baca juga: Jadwal Tes Pramusim MotoGP di Sirkuit Mandalika 11-13 Februari 2022

Ketika WSBK November lalu berlangsung selama tiga hari, diketahui bahwa angka pengeluaran sampah mencapai 21 ton dengan jumlah penonton 20 ribu orang dan rata-rata per orang menghasilkan 0,3 kg sampai 0,4 kg sampah per hari.

Firman mengungkapkan, jenis sampah residu (sulit didaur ulang) mendominasi kategori sampah yang ditemukan selama WSBK berlangsung dengan presentase 69 persen.

Disusul sampah plastik 13 persen, sampah kardus 12%, dan organik 4%.

Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Pencemaran Dinas LHK Provinsi NTB, Firmansyah, saat wawancara bersama Tribunlombok.com, Senin (7/2/2022).
Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Pengendalian Pencemaran Dinas LHK Provinsi NTB, Firmansyah, saat wawancara bersama Tribunlombok.com, Senin (7/2/2022). (Tribunlombok.com/Robbyan Abel Ramdhon)

“Sampah-sampah ini sudah terlokalisir, ITDC bentuk dua TPS utama. Satu di bagian barat, di dekat Masjid Nurul Bilad, satunya lagi seratus meter dari bundaran Mandalika, sekitar dua hektar luasnya,” jelasnya.

Baca juga: Kedatangan Logistik MotoGP Dikawal Ketat Aparat Kepolisian

Menambahkan penjelasannya, Firman memberitahu pihak yang memiliki otoritas terhadap pengelolaan sampah di kawasan Sirkuit Mandalika adalah pengelola kawasan khusus.

“Makanya kita juga punya surat edaran bulan Agustus 2021 yang kita tujukan pada pengelola kawasan komersil, industri, dan khusus, tentang pengangkutan dan pengolahan sampah sejenis atau sampah rumah tangga dari kegiatan komersial,” tandasnya.

Dari keterangan Firman, Pemprov dan Pemkab telah meminta pihak-pihak terkait untuk melakukan pengumpulan dan pemilahan sampah.

“Kalau Pemprov sendiri menugaskan Satgas Zero Waste untuk melakukan supervisi secara langsung di tingkat lapangan,” ujarnya.

Pemilahan ini dilakukan sebagai upaya pemanfaatan sampah agar tidak berakhir menjadi sampah residu.

Adapun tempat pengolahan sampah residu yang disediakan Pemprov berada di daerah Desa Pengengat, Lombok Tengah, sementara untuk plastik, kardus, dan logam diarahkan ke pusat daur ulang di Desa Batu Nyale, Lombok Tengah.

“Paling kami optimalkan adalah penanganannya, memastikan tersedia cukup kendaraan angkutannya, tersedia cukup tenaga kerjanya, dan siapkan beberapa lokasi di area hilir,” katanya.

Berdasarkan pelaksanakan WSBK lalu, Firman menilai pengelolaan sampah yang dilakukan pihak ITDC dan pengelola kawasan khusus sudah baik berkat dilibatkannya tenaga-tenaga profesional untuk menangani itu.

“Memang masi ada kendala di Sarpras, karena di masing-masing desa belum seluruhnya tersedia Sarpras yang memadai. Makanya yang kami dorong adalah penegasan regulasi dan gerakan pilah dan olah sampah,” cetusnya.

Menyambung pendapatnya, Firman menjelaskan sampah-sampah yang keluar dari lokasi diselenggarakannya event MotoGP Mandalika disepakati dengan Pemda Lombok Tengah dan ITDC sudah dalam keadaan terpilah sehingga yang dikirim ke TPA hanya sampah jenis residu.

“Ini untuk meminimalisir dampak-dampak dari kegiatan tersebut, terlebih TPS-TPS di sekitar kawasan itu bersifat temporer,” katanya.

Firman mengimbau masyarakat agar dapat mendukung terjaganya kebersihan lingkungan terlepas dari gelaran event MotoGP Mandalika.

“Ini bukan hanya tentang mendukung pelaksanaan MotoGP, juga untuk keberlanjutan lingkungan kita ke depannya. Karena dampak dari perbuatan kita hari ini akan terakumulasi menjadi dampak yang besar.”

“Kita galakkan revitalisasi gotong royong, kita galakkan gerakan pilah dan olah sampah dari rumah. Karena sampahmu adalah tanggung jawabmu, dan sampahku adalah tanggung jawabku,” tutupnya.

Kata Praktisi Lingkungan

Dihubungi di hari yang sama, Mifta, praktisi komunitas lingkungan Saujana, menilai event MotoGP Mandalika 2022 dapat menimbulkan tekanan terhadap daya dukung lingkungan.

Ia menjelaskan, daya dukung lingkungan (carrying capacity) dalam konteks ekologis adalah jumlah populasi atau komunitas yang dapat didukung oleh sumberdaya jasa yang tersedia dalam suatu ekosistem.

“Jika daya dukung terlampaui karena jumlah wisatawan yang berkunjung terlalu tinggi (overtourism) tanpa ada manajemen yang baik, hal ini akan menimbulkan berbagai dampak lingkungan, misalnya sampah yang menggunung hingga emisi carbon akibat aktivitas transportasi,” tegasnya.

Selain dampak-dampak tersebut, Mifta juga menyebutkan potensi akibat yang dapat terjadi saat berlangsungnya event MotoGP Mandalika 2022.

Baca juga: Logistik MotoGP Seberat 71.318 Kg Tiba di Bandara Lombok, Isinya Motor Para Pembalap

Antara lain kemacetan lalu lintas, turunnya kualitas pariwisata dan potensi kerusakan alam Lombok.

Untuk mengantisipasi terjadinya berbagai dampak tersebut, Mifta memaparkan sejumlah solusi.

Mifta, praktisi komunitas lingkungan Saujana.
Mifta, praktisi komunitas lingkungan Saujana. (Doc. Saujana)

“Mengkaji daya dukung lingkungan dan membuat perencanaan yang matang berdasarkan kaidah-kaidah ekologi,” cetusnya.

Sebagai contoh, Mifa menambahkan langkah-langkah kajian tersebut misalnya dengan membatasi jumlah wisatawan, mulai memulihkan ekosistem, hingga mempertegas kapan arus wisatawan harus ditutup.

“Serta tidak lupa juga melibatkan masyarakat lokal. Agar kita dapat secara langsung suistainable mendapat manfaat dari event ini,” pungkasnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved