Cafe Bawah Langit Sandik, Sediakan Pemandangan Berkelas dengan Harga Menu Terjangkau

Terletak di dataran tinggi Desa Sandik, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat, cafe Bawah Langit Sandik (BLS) tawarkan pemandangan laut dan kota.

Penulis: Robbyan Abel Ramdhon | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Dok. Tribunlombok.com/Robbyan Abel Ramdhon
Pemandangan menghadap barat menyuguhkan laut Senggigi. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robbyan Abel Ramdhon 

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT - Terletak di dataran tinggi Desa Sandik, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat, Cafe Bawah Langit Sandik (BLS) tawarkan pemandangan laut dan kota.

Pengunjung bisa menjangkau lokasi cafe ini dengan mengendarai motor selama 25 menit ke arah barat Gunung Sari dari pusat kota Mataram.

Di atas lahan seluas sekitar 10 are, BLS tawarkan konsep tempat nongkrong homey yang berpadu dengan alam. 

Duduk di kursi yang menghadap barat, kita akan disuguhkan pemandangan Laut Senggigi.

Sementara, duduk di kursi yang menghadap timur, kita akan disuguhkan pemandangan kota.

Baca juga: Polres Lombok Barat Berikan Edukasi Prokes dan Vaksinasi Jelang MotoGP Mandalika 2022

Musik tidak diputar terlalu keras, dan aktif hanya di bagian bar. Sehingga membuat BLS menjadi tempat yang tenang ditambah suara alam seperti derai pohon dan kicau burung.

Zulfan (23), manager BLS mengungkapkan, dirinya berupaya menjadikan kualitas pelayananan BLS untuk selalu friendly.

“Ngajak pengunjung ngobrol, friendly gitulah,” katanya, Sabtu (5/2/2022).

Bangunan utama cafe Bawah Langit Sandik dengan konsep homey.
Bangunan utama cafe Bawah Langit Sandik dengan konsep homey. (Dok. Tribunlombok.com/Robbyan Abel Ramdhon)

BLS aktif beroperasi sejak 2020 mulai dari pukul 08.00 WITA pagi hingga 22.00 WITA malam.

Dengan menu utama kopi dan kudapan ringan berupa tempe goreng dan pisang goreng. Menu lainnya nasi goreng dan mie instan.

Kisaran harganya pun cukup terjangkau, mulai dari Rp6.000 untuk kopi dan Rp18 ribu untuk nasi goreng.

“Yang mulai kami kenalkan kopi tetangga, tempe goreng tetangga, dan nasi goreng tetangga,” jelas Zulfan.

Baca juga: Finalis Putri Mandalika NTB 2022 Diharapkan Mampu Angkat Potensi Pariwisata, Termasuk Kebudayaan

Tetangga dalam penjelasan Zulfan, diartikan sebagai konsep makanan yang dibuat berdasarkan bahan-bahan dari lokasi setempat (lokal).

“Kalau yang sudah sering ke sini biasanya selalu pesan kopi tetangga,” ungkapnya.

Mengamati pengunjung yang datang, Zulfan menilai para pelanggn BLS menganggap tempat ini sebagai ruang yang terbuka.

“Kita tidak eksklusif,” tandasnya.

Zulfan bersama dua pengunjung BLS menikmati kopi tetangga.
Zulfan bersama dua pengunjung BLS menikmati kopi tetangga. (Dok.Tribunlombok.com/Robbyan Abel Ramdhon)

Senada dengan penjelasan Zulfan, Reza (23) mengaku senang mengunjungi tempat tersebut karena suasananya yang sejuk walaupun menjelang siang.

Mahasiswa Bumigora itu menilai harga menu yang ditawarkan pun cukup terjangkau untuk ukuran pemandangan yang indah.

“Harga murah, pemandangan berkelas,” tandasnya.

Terang Reza, akses menuju lokasi pun cukup mudah sehingga tidak sulit dijangkau.

“Aspalnya enggk rusak, motor enggak capek juga nanjak ke sini,” guraunya.

Baca juga: 40 Hari Jelang MotoGP Mandalika, Pembangunan Jalan dari Bundaran Kuta ke Sirkuit Mandalika Dikebut

Dalam waktu dekat, BLS akan menggelar event berupa konser musik tunggal bagi musisi Lombok bertajuk Menanti Senin.

Menanti Senin adalah kegiatan yang akan digelar secara berkala untuk mewadahi kreativitas musisi Lombok dalam berkesenian.

“Kita bakal branding temen-temen musisi, kita sediakan ruang untuk berekspresi,” pungkasnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved