MotoGP Mandalika 2022
Pedagang Tuak Manis di Pusuk Pass Berharap Bisa Cicipi Berkah MotoGP Mandalika 2022
Para pedagang tuak manis di Pusuk Pass Lombok Barat berharap mendapat berkah dari event MotoGP Mandalika 2022
Penulis: Robbyan Abel Ramdhon | Editor: Sirtupillaili
Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Robbyan Abel Ramdhon
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT – Gelaran MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah diharapkan membawa berkah bagi warga lokal, tidak terkecuali pedagang tuak manis di objek wisata Pusuk, Lombok Barat.
Meski berada di lokasi cukup jauh dari kawasan Mandalika, para pedagang di tempat ini berharap bisa merasakan manfaat event tersebut.
Seperti Jusniati (23), salah seorang pedagang tuak di Pusuk berharap para wisatawan atau penonton MotoGP mau berkunjung ke objek wisata Pusuk Pass.
Meski hanya berkunjung sebentar, paling tidak wisatawan membeli dagangannya.
”Tuak dibeli, jajan bantal tiga ikat Cuma Rp 10 ribuan, murah,” ujarnya.
Baca juga: Punya Kamar Homestay dan Camping Ground, Desa Wisata Tetebatu Siap Tampung Tamu MotoGP Mandalika
Tuak manis merupakan minuman khas warga di Pulau Lombok yang diambil dari pohon aren.
Dia tidak ingin kejadian seperti WorldSBK November tahun 2021 terulang.
Saat itu, situasi di Pusuk tidak begitu ramai.
Selain lokasi Pusuk cukup jauh dari Mandalika, jalur dari Mataram menuju Lombok Utara kerap diadakan razia protokol kesehatan.
“Itu juga yang bikin orang kesulitan mau ke sini, apalagi kalau musim hujan, pasti sepi,” tandasnya.
Jusniati sangat bergantung pada hasil berjualan.
Hampir semua anggota keluarganya juga mencari nafkah dengan berjualan di tempat itu. Dia bahkan merupakan keturunan ketiga sebagai penjual tuak di Pusuk.
Baca juga: Menikmati Pesona Brangpaok River, Wisata Camping Ground Murah di Lombok Timur
Ia mulai membuka warungnya pukul 09.00 WITA – 21.00 WITA.
“Ada sih yang jualan sampai jam dua pagi,” katanya.
Jusniati juga terdampak pandemi Covid-19.
Karena pandemi Covid-19 jumlah pengunjung berkurang dan penghasilan mereka juga menurun.
“Dulu bisa lima ratusan ribu sehari, sekarang seratus ribu saja sulit,” kata Jusniati.
Sebotol tuak ukuran tanggung 500 ml dijual Rp 5 ribu. Sementara untuk ukuran besar 1.500 ml dijual seharga Rp 10 ribu.
Setiap harinya, Juniati mengeluarkan sepuluh botol tuak ukuran tanggung dan besar.
Namun selama pandemi Covid-19 tidak semua botol-botol itu dapat terjual.
“Kalau tidak laku kami simpan, lewat tiga hari dibuat jadi gula cair,” jelasnya.
Tuak yang tidak laku dijual dapat dicairkan kembali menjadi gula cair.
Sepuluh botol tuak ukuran besar dapat dicairkan menjadi satu liter gula dan dijual dengan harga Rp 15 ribu.
“Rugi, tapi mau bagaimana lagi,” keluhnya.
(*)