Kesaksian Tahanan Kerangkeng Manusia Bupati Langkat, Bantah Diperbudak, Justru Makin Gemuk
Kepada awak media, JS merasa tak ada praktik perbudakan di dalam tahanan itu. Dirinya justru merasakan perubahan besar semenjak tinggal di sana.
Penulis: Salma Fenty | Editor: Wulan Kurnia Putri
TRIBUNLOMBOK.COM - Tahanan yang dikerangkeng di belakang rumah Bupati Langkat membantah praktik perbudakan, sebut justru hidup lebih teratur sejak dibawa ke sana.
Kerangkeng manusia yang ditemukan di halaman belakang rumah Bupati Langkat sempat menghebohkan publik belakangan ini.
Terbit Rencana Perangin-angin diduga melakukan praktik perbudakan dan perdagangan manusia dengan memenjarakan para pekerja tersebut.
Belakangan, Polri menyebut jika para tahanan yang ada di kerangkeng manusia milik Bupati Langkat non-aktif ini diperuntukkan bagi para pecandu narkoba.
Kerangkeng itu menjadi tempat rehabilitasi bagi mereka yang mengalami ketergantungan obat-obatan terlarang.
Bahkan, keluarga mereka sendiri yang mengantar untuk dilakukan rehabilitasi.
Seorang tahanan bernama JS (27) memberikan kesaksiannya.
Baca juga: Belum Usai Heboh Kerangkeng Manusia, Orangutan & Hewan Dilindungi Juga Ada di Rumah Bupati Langkat
Baca juga: Padahal Tahanan Penuh Lebam, Polri Sebut Kerangkeng Manusia Bupati Langkat untuk Rehab Narkoba
Kepada awak media, JS merasa tak ada praktik perbudakan di dalam tahanan itu.
Dirinya justru merasakan perubahan besar semenjak tinggal di sana.
Warga Namo Ukur, Kecamatan Sei Bingei, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara ini mengatakan, sudah empat bulan tinggal di lokasi yang ia sebut tempat rehabilitasi.

Saat pertama kali datang, ia diantar oleh keluarganya, dengan harapan bisa sembuh karena sudah tujuh tahun mengonsumsi narkoba.
Setelah sembuh dari ketergantuangan obat terlarang itu, ia berencana bisa bekerja di (pabrik) kelapa sawit milik Terbit Rencana Peranginangin.
JS mengaku, selama 4 bulan tinggal, ia mengalami perubahan yang baik karena hidupnya lebih teratur.
Di lokasi itu, ia mendapatkan makan tiga kali sehari.
Selain itu, istirahatnya juga teratur, rutin berolahrga hingga beribadah.
Biasanya makanan akan datang pada pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB, dan 17.00 WIB.
Sementara dokter akan datang memeriksa sekaligus memberikan obat pada hari Selasa dan Rabu.
"Setiap hari aktivitasnya hampir sama. Ada jam-jam tertentu keluar kereng. Untuk jemur pakaian, nyapu halaman, kadang bersihkan kolam ikan," ungkapnya kepada Kompas.com, Selasa (25/1/2022).
Dikatakan JS, selama empat bulan, ia tinggal di kerangkeng 2 bersama 13 orang lainnya yang lebih lama tinggal di dalam kerangkeng.
Saat malam hari, lanjut dia, mereka mengikuti aktivitas keagamaan sesuai dengan agamanya masing-masing.
"Saya di sini supaya sembuh. Enggak kayak kemarin. Harapan saya dipekerjakan di situ lah."
"Kalo Pak Bupati ngasih, salah satu tujuan saya selain sehat dan bersih ya ada pekerjaan di tempat Pak Bupati," terangnya.
JS mengakui, selama tinggal di kerangkeng tidak memegang ponsel.
Akan tetapi, pihak keluarga diperkenankan untuk menjenguk pada hari Minggu atau hari libur Nasional.
JS menolak menyebut yang dialaminya adalah perbudakan.
"Saat datang, hitungan waktunya bukan menit, tapi beberapa jam. Kalau bagi saya, nyaman lah."
"Saya enggak pernah segemuk ini sebelumnya. Keluarga kan tak ada keluar biaya. Layak."
"Kalo dibilang perbudakan, enggak betul lah," bebernya.
Penghuni Tak Hanya Pecandu Narkoba
Dikutip dari Tribun Medan, fakta baru soal penghuni kerangkeng di rumah Bupati Langkat terungkap.
Ternyata penghuninya tak hanya pecandu narkoba.
Terdapat sejumlah orang yang bukan pengguna narkoba, namun berada di dalam kerangkeng tersebut.
Fakta ini terungkap setelah Badan Narkotika Nasional (BNN) melakukan assesment terhadap sejumlah orang yang berada di dalam kerangkeng tersebut.
"Iya kan tidak semua korban narkoba itu, ada juga yang mungkin maling, mungkin ini nakal ya kan kita juga nggak tahu persis," kata Kepala BNNP Sumut, Brigjen Toga Panjaitan, Rabu (26/1/2022).
Ia menyebutkan, setelah dilakukan pengecekan urine terhadap penghuni-penghuni kerangkeng, terdapat dua orang dengan hasil negatif.
"Tujuh positif, dua negatif," ujar dia.
Toga menuturkan, pihaknya akan terus melakukan pendalaman terkait dengan kasus tersebut.
"Sementara ini belum ada temuan lain. Kita coba lagi mendatangi rumah 30 orang lagi, kita datangi keluarganya supaya mau di assesment," jelasnya.

(*)