Tiga Tahun Pascagempa, Siswa SMK Lombok Tengah Belajar di Bawah Gedung Retak
Tiga tahun pascagempa Lombok 2018 silam, SMK Islam Qiyamu At-Tarbiyyah luput dari perhatian pemerintah.
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH – Tiga tahun pascagempa Lombok 2018 silam, SMK Islam Qiyamu At-Tarbiyyah luput dari perhatian pemerintah.
Gedung sekolah yang retak akibat gempa dahsyat 7 skala Richter itu tidak kunjung mendapat bantuan untuk rehab rekon.
Kondisi itu memaksa para guru dan siswa melakukan proses belajar mengajar di dalam kelas yang rawan roboh.
Gedung sekolah ini berada di depan kantor Desa Mekar Bersatu, Kecamatan Batukliang, Lombok Tengah.
Sekilas gedung kelas semi permanen ini tidak tampak rusak.
Tapi bangunan tersebut retak menjadi dua. Retakan bangunan tersebut cukup besar seperti membelah gedung.
Hamdan, kepala SMK Islam Qiyamu At-Tarbiyyah menjelaskan, gedung sekolah mereka rusak sejak gempa tahun 2018.
Baca juga: AJI Mencatat Tiga Orang Jurnalis Masuk Bui karena Terjerat UU ITE
”Bangunan sekolah kita memang sederhana, ditambah kejadian gempa, makin parah kondisinya,” katanya.
Pihak sekolah belum mampu memperbaiki gedung sekolah tersebut karena keterbatasan dana. Mereka ingin membangun gedung kelas baru, sekolah belum memiliki anggaran yang cukup.
”Sehingga (gedung ini) tetap kita fungsikan sebagai tempat belajar anak-anak kita,” ujarnya.
Kondisi tersebut sebenarnya sudah mereka laporkan ke pemerintah kabupaten. Pengawas sekolah juga pernah datang melihat kondisi gedung tersebut.
”Laporan sudah kami masukkan, tetapi sampai dengan saat ini bantuan tidak kunjung datang,” katanya.
Baca juga: Kota Mataram Makin Kondusif, Indeks Kriminalitas 2021 Turun 3,59 Persen
Baca juga: NTB Provinsi Terinovatif se-Indonesia, Punya Layanan NTB Care hingga Samsat Apps
Dengan kondisi itu, suka tidak suka sekolah akhirnya menggunakan kelas tersebut untuk proses belajar mengajar.
”Kalau ditanya kekhawatiran tetap ada, cuma tidak berlebihan karena konstruksi bangunannya tidak permanen jadi agak ringan,” katanya.
Mau tidak mau kelas tersebut dipakai untuk belajar karena tidak ada gedung lain.
(*)