Cerita Anak Korban Banjir Lombok Bacakan Sholawat untuk Risma, Berdoa Banjir Tidak Terjadi Lagi
Warga korban banjir yang ikut selawatan di posko pengungsian pun banyak yang menangis haru.
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Salma Fenty
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT – Muhammad Arian Hadinata (10), korban banjir bandang di Desa Batu Layar Barat, Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat menjadi sorotan saat Menteri Sosial Tri Rismaharini meninjau kondisi pengungsi, Jumat (10/12/2021) pagi.
Bocah yang duduk di bangku kelas IV SDN 4 Batu Layar Barat ini membuat suasana pengungsian penuh haru karena melantunkan selawat Nabi Muhammad dengan penuh penghayatan.
Mata Menteri Risma pun dibuat berkaca-kaca. Beberapa kali Risma mengusap air matanya.
Warga korban banjir yang ikut selawatan di posko pengungsian pun banyak yang menangis haru. Mereka larut dalam selawat yang dilantunkan bersama.
Muhammad Arian Hadinata yang akrab dipanggil Ata tidak menyangka aksinya itu membuat banyak orang tersentuh.
Dia melakukan itu semata-mata karena ingin menunjukkan kemampuanya ke Menteri Sosial Tri Rismaharini.
Dia awalnya diminta bernyanyi oleh sang menteri, namun Ata bingung harus menyanyikan lagu apa. Sehingga minta izin untuk selawatan saja.
”Selawatan saja biar teman-teman bisa ikut,” kata Hadinata, pada TribunLombok.com, di lokasi pengungsian, Jumat (10/12/2021).
Ata dan teman-temannya sudah terbiasa selawatan di masjid. Selain belajar dari guru mengaji, dia juga belajar selawatan dari Youtube. ”Belajar selawat tiga bulan,” katanya.
Setelah melantukan selawat di hadapan Menteri Risma dan diikuti banyak orang, Ata mengaku sangat bangga dan senang. ”Senang. (Perasaan) saya lebih lega, semangat,” katanya.
Baca juga: Menteri Risma Terharu Mendengar Shalawat Anak-anak Korban Banjir di Lombok
Baca juga: Korban Banjir Lombok Tangisi Motornya Hanyut, Hatniah: Sekarang Apa yang Saya Pakai Usaha?
Selama di pengungsian Ata dan anak-anak korban banjir lainnya mendapatkan trauma healing dari pekerja sosial di posko.
Dalam kesempatan itu, Hadinata sebenarnya ingin menyampaikan ke Menteri Risma bahwa banjir yang melanda kampungnya Senin (6/12/2021) pagi, membuatnya sedih.
”Saya waktu itu lari ke gunung menyelamatkan diri sama ibu bapak,” katanya.
Hadinata juga sedih karena lima orang di kampungnya menjadi korban meninggal akibat banjir. Dia berdoa agar banjir seperti itu tidak terjadi lagi di kampungnya. ”Mudahan tidak banjir lagi,” katanya.
Dia juga sedih karena sekolahnya SDN 4 Batu Layar Barat rusak diterjang banjir. Mereka sampai sekarang belum bisa belajar lagi di kelas.
”Tapi besok kita mau belajar di tenda situ,” katanya.
Muhammad Arian Hadinata dikenal sebagai anak yang aktif dan suka belajar. Karena itu, dia sangat semangat mendengar rencana sekolah darurat akan dibuka.
Banjir di Lombok Barat menyebabkan 5.879 KK terdampak, 14.892 jiwa terdampak, 5 orang meninggal dunia, dan 8 orang luka-luka.
Banjir melanda empat kecamatan dan 33 desa di Lombok Barat.
Banjir juga menyebabkan 845 rumah rusak, 37 unit fasilitas pendidikan, serta 3 unit jembatan.
(*)