Korban Banjir Lombok Tangisi Motornya Hanyut, Hatniah: Sekarang Apa yang Saya Pakai Usaha?
Hatniah (25), korban banjir bandang di Dusun Batu Layar Utara, Desa Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat tidak kuasa menahan air matanya.
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT – Hatniah (25), korban banjir bandang di Dusun Batu Layar Utara, Desa Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat tidak kuasa menahan air matanya.
Sembari menggendong anaknya, Deva Maulisapitri (5), berulang kali dia meneteskan air mata di tenda pengungsian.
Wanita yang awalnya tampak senyum-senyum ini langsung menangis saat mengingat banjir bandang Senin pagi (6/12/2021).
Banjir itu menyapu sepeda motor dan harta bendanya.
”Motor saya dia hilang belum ketemu, apa saya pakai usaha kalau tidak ada motor,” kata Hatniah, terbata-bata sembari mengusap air mata.
Motor tersebut selama ini dipakai Hatniah untuk mencari nafkah. Sehari-hari dia mencari barang rongsokan untuk dikumpulkan dan dijual.
Baca juga: Jusuf Kalla Tinjau Korban Banjir Lombok, Ajak Warga Jaga Lingkungan
Dengan susah payah dari hasil menjual barang rongsokan, dia mengumpulkan uang sedikit demi sedikit sampai akhirnya mampu membeli sepeda motor untuk bekerja.
Motor yang dibeli seharga Rp 7 juta baru dia lunasi. Tapi sekarang motor tersebut justru sudah hanyut.

”Saya cicil selama dua tahun dengan cari barang rongsokan, itu dah yang setiap hari saya kerjakan,” katanya, sembari terus menangis.
Hatniah menangis bukan semata-mata karena motor hilang, tapi dia kini semakin terbebani dengan hutang di bank yang belum lunas.
Sementara motor yang dipakai bekerja sudah hilang, sehingga terancam tidak bisa menyetor bulanan sekitar Rp 400 ribu.
Sekarang modalnya sudah habis, termasuk motor yang selama ini dia pakai untuk usaha.
Baca juga: Balita 3 Tahun di Lombok Tengah Tewas Hanyut di Sungai
”Saya harus nyetor di bank Rp 100 ribu tiap minggu, makanya saya susah ini, bagaimana saya mau menyetor karena sudah tidak bisa usaha,” katanya terus menangis.
Hatniah terus dibayangi rasa cemas karena belum ada kepastian bisa bekerja lagi untuk melunasi utang di bank.