Geram Dituding Lecehkan Mahasiswi, Dekan Unri Laporkan Balik Terduga Korban, Tuntut Rp 10 Miliar
Oknum dosen di Unri laporkan mahasiswi yang menudingnya melakukan pelecehan seksual dengan tuduhan pencemaran nama baik.
TRIBUNLOMBOK.COM - Beberapa hari terakhir, warganet heboh membahas sebuah video.
Dalam video tersebut, terlihat seorang wanita yang mengaku menjadi korban pelecehan seksual.
Wanita tersebut mengaku sebagai mahasiswi Universitas Riau berinisial L.
L mengatakan bahwa dirinya mahasiswi Jurusan Hubungan Internasional (HI) Fakultas FISIP Universitas Riau, angkatan 2018.
Video tersebut diunggah oleh akun Instagram Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (Komahi) yang bernama @komahi_ur.
Hingga berita ini ditulis, video tersebut sudah disukai 13,3 ribu warganet, dan mendapat komentar 2,9 ribu orang.
Baca juga: Kronologi Dugaan Pelecehan oleh Kapolsek di Sulteng, Modus Bebaskan Ayah Korban yang Jadi Tersangka
Baca juga: KRONOLOGI Pegawai KPI Diduga Korban Pelecehan Sejak 2012, Bareskrim Bertindak hingga Nasib Pelaku

Dalam video yang beredar, wajah L terlihat disamarkan.
L lalu mengatakan bahwa pelaku pelecehan seksual yang ia alami adalah Dekan Fakultas FISIP bernama Syafri Harto.
Peristiwa itu terjadi saat korban melakukan bimbingan skripsi, pada Rabu (27/10/2021), jam 12.30 WIB.
"Saya hanya berdua di dalam ruang dekan.
Bapak Syafri Harto mengawali pertanyaannya tentang pribadi saya, tentang kehidupan dan pekerjaan.
Dia juga bilang i love you kepada saya.
Saya jadi tidak nyaman," aku mahasiswi berinisial L dalam video 13 menit 26 detik yang dilihat Kompas.com, Jumat (5/11/2021).
Baca juga: Predator Anak di Gorontalo Ditangkap, Lebih dari 5 Korban Dicabuli & Diimingi Pangkas Rambut Gratis
Setelah selesai bimbingan skripsi, korban hendak pamit keluar ruangan.
Namun, korban mengaku pundaknya diremas dan terduga pelaku mendekatkan badannya ke korban.
"Setelah itu dia pegang kepala saya dengan kedua tangannya, terus mencium pipi kiri dan kening saya.
Saya sangat ketakutan dan menundukkan kepala.
Tapi Bapak Syafri Harto mendongakkan saya sambil berkata mana bibir mana bibir, membuat saya merasa terhina dan terkejut," akui mahasiswi itu.
Korban mengaku badannya lemas dan ketakutan. Ia kemudian mendorong tubuh terduga pelaku.
"Pas saya dorong dia bilang, ya udah kalau enggak mau.
Saya langsung keluar dari ruang dekan dan keluar dari kampus dalam kondisi ketakutan.
Saya merasa sangat dilecehkan Bapak Syafri Harto. Saya merasa trauma berat," ungkapnya.
Baca juga: Anak Gadisnya Dicabuli Ayah Tiri, Ibu di Ambon Tak Mau Lanjutkan Proses Hukum, Berikut Kata Polisi
Diketahui, korban sudah melaporkan dosennya ke Polresta Pekanbaru, Jumat (5/11/2021), atas kasus dugaan pelecehan seksual.
Sementara itu, Syafri Harto yang diduga melakukan pelecehan seksual membantah.
Ia justru menyatakan bahwa mahasiswi itu telah mencemarkan nama baiknya.
"Saya berani sumpah.
Jangankan sumpah pocong, sumpah mubahalah pun saya mau.
Dan, saya harus bertindak demi marwah saya sebagai pejabat negara Dekan FISIP Universitas Riau, dan juga tokoh masyarakat Kuantan Singingi," ungkap Syafri kepada saat konferensi pers di Pekanbaru, Jumat (5/11/2021).
Bahkan, Syafri telah melaporkan balik mahasiswi berinisial L dan akun Instagram @komahi_ur ke Polda Riau terkait pencemaran nama baik.
Dirinya juga menuntut Rp 10 miliar kepada L dan akun media sosial tersebut.
Ia justru menyebut ada aktor intelektual di balik korban curhat di media sosial melalui akun Instagram @komahi_ur hingga melapor balik ke Polresta Pekanbaru.
Pihaknya juga menyebutkan, persoalan ini berkaitan dengan pemilihan Rektor Unri 2022 mendatang seperti dikutip dari Kompas.com dengan judul "Dosen Unri Dilaporkan ke Polisi Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, BEM Bantah Ada Politisasi".
Baca juga: Anak Gadisnya Dicabuli Ayah Tiri, Ibu di Ambon Tak Mau Lanjutkan Proses Hukum, Berikut Kata Polisi
Jawaban BEM

Tudingan Syafri Harto ditepis oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unri, Kaharuddin.
"Kami mahasiswa dan seluruh kelembagaan Universitas Riau dengan tegas menyatakan bahwa kami hadir atas dasar kemanusiaan. Dan, hari ini kawan-kawan Komahi (Korps Mahasiswa Hubungan Internasional) bergerak atas dasar solidaritas kepada temannya, satu jurusan dan satu angkatan yang mengalami pelecehan seksual," tegas Kaharuddin, Minggu (7/11/2021).
Ia juga sangat menyayangkan pernyataan Syafri Harto yang menyebutkan kasus dugaan pelecehan seksual itu dipolitisasi.
"Ini sama sekali tidak ada aktor intelektual atau dipolitisasi. Itu alibi dia (terduga pelaku) saja. Kami tidak melihat pelaku calon rektor, dosen atau pun dekan. Tapi, kami fokus sama kasus pelecehan seksual di lingkungan kampus," jelas Kaharuddin.
Baca juga: Polisi Selidiki Kasus Dugaan Pelecehan Seksual Mahasiswi Universitas Riau
Ia mengatakan, korban berani buka suara atas dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh dosen pembimbing skripsinya.
Kaharuddin mengaku, sudah bertemu dengan ibu dan tante korban. Mereka meminta kasus ini diusut tuntas.
"Kami diminta mengusut dan mengawal kasus ini sampai tuntas. Kenapa kami berada di depan korban, karena ini sudah benar. Korban berani buka suara. Meski korban dan keluarganya mengalami trauma dengan masalah ini. Jadi, kami membantu atas dasar solidaritas. Dan, kami berharap tidak ada lagi kejadian pelecehan seksual di lingkungan kampus," kata Kaharuddin.
Artikel lainnya terkait pelecehan seksual
(Kompas/ Kontributor Pekanbaru, Idon Tanjung)