Musim Hujan NTB Datang Lebih Cepat, Waspada Potensi Bencana hingga Penurunan Imunitas Tubuh

BMKG Stasiun Klimatologi Lombok Barat memperkirakan musim hujan di Nusa Tenggara Barat (NTB) datang lebih awal di tahun 2021

TribunLombok.com/Sirtupillaili
HUJAN DATANG: Hujan lebat mengguyur wilayah Kota Mataram, NTB, Selasa (14/9/2021).  

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Lombok Barat memperkirakan musim hujan di Nusa Tenggara Barat (NTB) datang lebih awal, tahun 2021.

Di samping itu, hujan juga akan lebih basah dari biasanya.

Sehingga warga harus mewaspadai potensi bencana
Hidrometeorologi.

Seperti banjir, longsor, dan angin puting beliung.

Kepala Stasiun Klimatologi Lombok Barat Nuga Putrantijo menjelaskan, musim hujan berkaitan erat dengan peralihan Angin Timuran (Monsun Australia) menjadi  Angin Baratan (Monsun Asia).

BMKG memprediksi peralihan angin monsun akan terjadi akhir Oktober 2021.

Baca juga: BMKG: Peringatan Dini Cuaca Buruk Wilayah NTB Rabu 15 September 2021, Waspada Hujan Petir Sejak Pagi

Setelah itu Monsun Asia akan mulai aktif.

Tonton juga:

Saat ini anomali cuaca dan iklim yaitu Madden Julian Oscillation (MJO) sedang aktif di wilayah Indonesia, termasuk NTB.

"Kondisi ini menyebabkan beberapa hari terkahir di sebagian wilayah NTB terjadi hujan dengan intensitas cukup tinggi," jelas Nuga Putrantijo, saat konferensi pers secara virtual di Lombok Barat, Selasa (14/9/2021).

Baca juga: NTB Buat Pabrik Pemusnah B3, 300 Kg Limbah Medis Diolah Tiap Jam

Meski terjadi hujan lebat, bukan berarti musim hujan sudah terjadi di wilayah NTB.

"Karena prakiraan kami di akhir September dan awal Oktober nanti curah hujan akan kembali berkurang,” katanya.

Nuga menjelaskan, umumnya musim hujan di NTB  terjadi bulan November hingga Desember.

Tapi tahun ini disebagian wilayah NTB.

Seperti Kota Mataram dan sebagian Lombok Barat musim hujan akan datang lebih cepat.

Diperkirakan terjadi pertengahan Oktober 2021.

Puncak musim hujan periode ini diperkirakan terjadi Januari dan Februari 2022.

Curah hujan musim ini diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan kondisi biasanya untuk beberapa wilayah NTB.

Lebih lanjut, Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Lombok Barat Restu Patria Megantara menjabarkan.

Awal musim hujan 2021/2022 dari total 21 Zona Musim (ZOM) yang ada di NTB, 5 persen diprediksi akan mengawali musim hujan pada Oktober 2021.

Meliputi Kota Mataram dan sebagian Lombok Barat.

Kemudian 52 persen wilayah pada November 2021.

Meliputi Pulau Lombok bagian selatan, Pulau Lombok bagian tengah, utara, dan sekitar wilayah Rinjani.

Serta Sumbawa Barat dan Sumbawa bagian tengah dan selatan.

Sementara itu, sebanyak 43 persen wilayah lainnya baru akan memasuki musim hujan Desember  2021.

Seperti pesisir timur Pulau Lombok, Lombok utara bagian barat.

Sumbawa bagian utara, serta seluruh wilayah Dompu, Bima, dan Kota Bima.

Hujan Lebih Basah

Restu menerangkan, secara umum, sifat hujan selama musim hujan 2021/2022 diprakirakan normal.

Atau sama dengan rerata klimatologisnya pada 244 ZOM (71,4 persen).

Kemudian 88 ZOM (25,7 persen) akan mengalami kondisi musim hujan atas normal.

"Lebih basah dari biasanya," katanya.

Kemudian 10 ZOM (2,9 persen) akan mengalami musim hujan bawah normal.

Jika dibandingkan rerata klimatologis, awal musim hujan periode 1981-2010.

Maka awal musim hujan 2021/2022 di NTB diprakirakan maju pada 6 ZOM (29 persen).

Kemudian pada 11 ZOM (52 persen), dan mundur pada 4 ZOM (19 persen).

Restu menjelaskan, salah satu fenomena anomali cuaca dan iklim yaitu El Niño-Southern Oscillation (ENSO) saat ini terpantau dalam kondisi netral.

Namun berdasarkan pemantauan BMKG, terdapat peluang ENSO netral akan berkembang menjadi La Nina akhir tahun ini hingga awal tahun 2022.

Selain itu, hangatnya suhu muka laut di sekitar wilayah NTB diperkirakan berlangsung hingga akhir tahun ini.

"Kondisi-kondisi ini yang dapat menyebabkan peningkatan curah hujan di NTB periode musim hujan nanti," katanya.

Dipole mode, fenomena anomali iklim global terpantau pada kondisi netral.

Diperkirakan akan tetap netral setidaknya hingga Januari 2022.

Waspada Bencana Hidrometeorologi

Selanjutnya, Restu meminta masyarakat lebih mewaspadai cuaca ekstrem.

Seperti hujan es, hujan lebat, disertai kilat dan petir.

Juga angin puting beliung masa peralihan musim kemarau ke musim hujan.

Tidak hanya bencana, perubahan cuaca yang tidak menentu bisa membuat imunitas seseorang melemah.

Sehingga menjadi rentan terkena penyakit.

“Terlebih situasi Indonesia saat ini belum lepas sepenuhnya dari pandemi Covid-19. Waspada bencana hidrometeorologi dan jaga kesehatan selalu,” imbuhnya.

Jadi Acuan Pertanian

Restu mengharapkan, periode musim hujan dapat dimanfaatkan masyarakat.

Baik untuk menambah luas tanam.

Melakukan panen air hujan, dan mengisi waduk yang berguna untuk periode musim kemarau tahun depan.

"Informasi prakiraan musim hujan ini diharapkan dijadikan acuan dalam perencanaan dan penyusunan strategi meminimalisir dampak bencana hidrometeorologis," harapnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved