Berita Lombok
Tolak Hasil Swab Covid-19, Keluarga Pasien di Lombok Tengah Marah-marah ke Petugas Puskesmas
Beredar video berdurasi 2 menit 47 detik, tampak seorang pria, anak dari pasien marah-marah kepada petugas medis.
Penulis: Sirtupillaili | Editor: wulanndari
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH – Tidak terima hasil tes swab antigen bapaknya, seorang warga di Lombok Tengah marah-marah kepada dokter dan petugas medis Puskesmas Janapria, Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dalam video berdurasi 2 menit 47 detik yang beredar, tampak seorang pria, anak dari pasien marah-marah kepada petugas medis.
Dia menantang petugas untuk bersumpah, jika hasil laboratorium tersebut benar, apakah si dokter siap bercerai dengan istrinya.
”Yakin (tidak) dengan hasil lab ini? Lillahi Ta'ala (bersumpah) berani kamu talak tiga istrimu kalau benar orang tua saya kena Corona,” katanya, sembari memaki-maki petugas.
Menghadapai makian warga, si dokter berusaha tenang dan menjelaskan, hasil tes itu sesuai uji laboratorium dan mengajak si anak pasien melihat langsung.
Baca juga: Polisi Bongkar Sindikat PCR Palsu di Lombok, Tiga Pelaku Ditangkap Satu Masih Buron
”Ini kan hasil lab bapak, kenapa tidak percaya?” kata si dokter menjelaskan.

Tapi pria tersebut bersikeras dengan pendiriannya.
Dia yakin bapaknya tidak terkena Covid-19. Sebab si bapak tidak pernah keluar ke mana-mana.
Sehingga dia menolak bapaknya dianggap kena Covid-19, apalagi mau dirujuk ke RSUD Praya.
Dia tidak mau masyarakat terlalu cepat divonis terkena Covid-19 saat memeriksakan diri ke puskesmas.
Polisi yang ada di lokasi pun ikut menenangkan warga tersebut.
Baca juga: Dua Orang Pemasok Obat Ilegal Diringkus Polda NTB
Karena tetap menolak bapaknya dirujuk ke RSUD Praya, akhirnya keluarga membawa pasien pulang ke rumahnya.
Terkait insiden tersebut, Kapolsek Janapria Iptu Muhdar menerangkan, insiden tersebut terjadi hari Sabtu (24/7/2021), sekitar pukul 10.30 Wita, di Puskesmas Janapria.
Keluarga menolak pasien dirujukan ke RSUD Praya untuk mendapatkan penanganan khusus setelah diagnosis terpapar Covid-19.
Kapolsek Janapria Iptu Muhdar bersama beberapa anggota di Puskemas Janapria berusaha menenangkan warga yang menolak hasil swab tersebut.
Dalam keterangan resminya, Iptu Muhdar menjelaskan, warga yang terpapar tersebut inisial K (69), asal Desa Prako, Kecamatan Janapria, Lombok Tengah.
Baca juga: Jokowi Sidak Apotek Cari Obat Covid, Langsung Hubungi Menkes: Antivirus, Antibiotik Gak Ada Semua
Pasien masuk Puskemas untuk berobat Sabtu (24/7/2021), karena mengeluh demam selama 4 hari, diare, mual, muntah, dan batuk.
Setelah dilakukan penanganan medis dan swab antigen, pasien tersebut terkonfirmasi positif Covid-19.
Beberapa saat kemudian datang anak kandung dari pasien atas nama Khairul Fikri.
Ia datang dan marah-marah kepada dokter atau perawat di Puskesmas Janapria.
”Khairul Fikri menunjukkan sikap penolakan serta menyimpulkan bahwa hasil periksa kedokteran di Puskesmas Janapria tidak bisa dipercaya dan terkesan dibuat-buat karena terlalu cepat memvonis pasien terpapar Covid-19," terangnya.
Saat itu, penanggung jawab medis di Puskemas Janapria yakni dr Putu telah menjelaskan, tindakan kedokteran sudah akurat berdasarkan petunjuk medis dan alat yang digunakan pemerintah.
Petugas medis tidak mungkin membuat-buat karena sebagai dokter mereka telah disumpah dalam menjalankan tugas.
Kapolsek Janapria Iptu Muhdar menambahkan, dr Putu sudah menjelaskan kepada warga tersebut, pasien yang terindikasi Covid-19 memiliki penyakit bawaan dan diharapkan ditangani di ruang khusus Covid-19.
”Perlu penanganan secara khusus, sedangkan kalau orang tanpa gejala (OTG) dapat menjalani isolasi mandiri di rumah," ungkapnya.
Melihat warga yang terus protes, kepolisian mencoba menetralisir situasi serta menenangkan warga yang menolak orangtuanya dirujuk ke RSUD Praya.
Lantaran keluarga pasien menolak rujukan, akhirnya Puskesmas Janapria memberikan surat penolakan tindakan medis yang ditandatangani keluarga.
”Yang bersangkutan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap risiko yang akan dialami pasien ataupun lingkungan,” ujarnya.
Selanjutnya pihak keluarga pasien langsung membawa pulang pasien ke rumahnya dan diberikan obat untuk berobat jalan.
(*)