Mendagri Tak Persoalkan Kebijakan Mudik Gubernur NTB, Sebut Pelabuhan Jadi Titik Rawan
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian tidak mempermasalahkan kebijakan mudik di Nusa Tenggara Barat (NTB)
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian tidak mempermasalahkan kebijakan mudik di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Berbeda dengan pusat, Gubernur NTB Zulkieflimansyah membolehkan masyarakatnya mudik lintas kabupaten/kota di NTB saat lebaran.
Tapi larangan mudik lintas provinsi tetap berlaku seperti kebijakan pusat.
Baca juga: Ribuan Orang NTB Terjangkit HIV/AIDS, Kasus Ibu Rumah Tangga Cukup Tinggi
”Tidak masalah dengan apa yang dilakukan NTB sendiri,” kata Tito, usai memberikan arahan kepada gubernur dan kepala organisasi perangkat daerah (OPD), di Pendopo Gubernur NTB, Sabtu (24/4/2021).
Tito menjelaskan, mudik yang menjadi atensi pusat adalah mudik skala nasional, terutama di pulau Jawa.
”Selama ini kebiasaannya, di Jawa terjadi migrasi massal ketika lebaran,” katanya.
Orang-orang yang merantau ke berbagai daerah akan pulang ke Jawa.
Baca juga: Mahasiswa Papua dan NTT Berbagi Takjil di Pulau Seribu Masjid
Sehingga akan terjadi penumpukan warga di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
”Ini kan bahaya, kita tidak ingin seperti India,” katanya.
Terlebih kasus di daerah-daerah tersebut masih sangat tinggi.
Bila mudik tidak dilarang, dikhawatirkan virusnya akan semakin menyebar luas. Penularan virus terjadi secara masif ke desa-desa.
”Maka dilakukan kebijakan untuk larangan mudik,” ujarnya.
Tapi untuk daerah seperti NTB, mobilitas masyarakat tidak terlalu luas. Penduduknya juga tidak sebesar di pulau Jawa.
”Maka dari Mataram pulang ke Lombok Timur, tidak masalah, karena sehari-hari juga begitu,”katanya.
Meski demikian, Menteri Tito meminta pemerintah daerah mewaspadai jalur-jalur transportasi seperti pelabuhan.
Pelabuhan penyebarangan dari Lombok ke Sumbawa atau dari Bali ke Lombok menjadi titik rawan.
”Bila perlu mungkin ada (dibuat) random test antigen dengan membuat pos-pos kesehatan,” harapnya.
(*)