PPG
5 Contoh Studi Kasus PPG 2025 tentang LKPD sebagai Referensi Pengerjaan, Cek Kunci Jawabannya!
Simak 5 contoh studi kasus LKPD PPG 2025. Panduan lengkap bagi guru SD, SMP, SMA dalam menyusun LKPD agar mendukung keterampilan berpikir kritis siswa
Selain itu, penting bagi guru untuk memberikan pendampingan ekstra bagi siswa yang memiliki kesulitan membaca atau memahami istilah ilmiah. Hal ini menegaskan bahwa diferensiasi pembelajaran dalam LKPD sangat dibutuhkan agar semua siswa memperoleh kesempatan belajar yang sama.
4. Contoh Studi Kasus PPG 2025 tentang LKPD
Jenjang SMA
Kelas X
Mata Pelajaran Matematika
Situasi, Tugas, dan Masalah:
Pada tahun ajaran 2024/2025, sebagai guru Matematika kelas X di SMA Unggul, saya mengamati masalah serius pada penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk materi Fungsi Kuadrat. LKPD yang tersedia di sekolah, meskipun sudah terstruktur, ternyata terlalu padat dengan rumus-rumus dan soal-soal latihan berulang yang menuntut hafalan dan perhitungan mekanis.
Selain itu, soal-soal tidak bervariasi tingkat kesulitannya; sebagian besar bersifat standar tanpa ada soal yang menantang siswa dengan kemampuan di atas rata-rata atau soal aplikasi kontekstual. Desain LKPD juga sangat minimalis, hanya berupa teks hitam-putih tanpa grafis atau visualisasi yang membantu pemahaman konsep fungsi.
Akibatnya, siswa menjadi cepat bosan, kurang bersemangat dalam menyelesaikan LKPD, dan yang paling parah, mereka hanya terampil menghitung tanpa memahami konsep dasar dan aplikasi fungsi kuadrat dalam kehidupan nyata. Siswa dengan kemampuan kurang kesulitan memahami instruksi dan soal, sementara siswa unggul merasa LKPD tidak menantang dan kurang relevan.
Tindakan yang Diambil:
Melihat bahwa LKPD yang ada tidak optimal, saya memutuskan untuk merancang ulang LKPD agar lebih menantang, kontekstual, dan bervariasi.
- Diferensiasi Soal Berjenjang: Saya menyusun soal-soal dalam LKPD menjadi tiga tingkatan:
- Level 1 (Dasar): Memfokuskan pada pemahaman konsep awal dan penerapan rumus dasar.
- Level 2 (Aplikasi): Melibatkan soal-soal cerita sederhana yang mengaplikasikan fungsi kuadrat dalam konteks realistis.
- Level 3 (Analisis/Kreasi - HOTS): Berisi soal-soal pemecahan masalah kompleks, perancangan fungsi kuadrat untuk kondisi tertentu, atau analisis grafik secara mendalam.
- Siswa diberikan kebebasan memilih level soal yang ingin mereka selesaikan, dengan target minimum menyelesaikan Level 1 dan 2.
- Visualisasi Konsep dan Kontekstualisasi: Saya menyisipkan banyak grafik fungsi kuadrat, gambar fenomena terkait (misalnya lintasan bola, desain parabola), dan contoh-contoh aplikasi fungsi kuadrat dalam ilmu fisika atau ekonomi. Setiap bagian LKPD dimulai dengan ilustrasi atau pertanyaan pemantik berbasis masalah nyata.
- Integrasi Alat Bantu Digital: Saya mendorong siswa menggunakan aplikasi graphing calculator (seperti Desmos atau GeoGebra) untuk memvisualisasikan grafik fungsi kuadrat dan memahami perubahan kurva. LKPD menyertakan instruksi eksplisit untuk menggunakan alat ini.
- Kolaborasi dan Diskusi Terpandu: Pengerjaan LKPD dilakukan secara berkelompok. Saya mendesain beberapa soal yang memerlukan diskusi dan kesepakatan kelompok untuk mencapai solusi. Saya berperan sebagai fasilitator, membimbing diskusi dan memberikan clue tanpa langsung memberi jawaban.
- Refleksi Diri: Di akhir setiap LKPD, saya menyertakan bagian "Refleksi Diriku" di mana siswa menuliskan apa yang mereka pelajari, kesulitan yang dihadapi, dan bagaimana mereka mengatasi kesulitan tersebut.
Hasil dari Tindakan Tersebut:
Hasilnya sangat positif. Minat siswa terhadap Matematika, khususnya fungsi kuadrat, meningkat signifikan. Mereka tidak lagi terpaku pada hafalan rumus, melainkan mulai memahami konsep di balik rumus tersebut.
Siswa yang sebelumnya kesulitan merasa terbantu dengan soal berjenjang dan visualisasi. Siswa yang unggul mendapatkan tantangan yang memadai, sehingga mereka tidak bosan dan justru termotivasi untuk mendalami lebih lanjut. Kemampuan mereka dalam menganalisis soal, memecahkan masalah kontekstual, dan membuat grafik fungsi kuadrat menjadi jauh lebih baik.
Pengalaman Berharga:
Pengalaman berharga yang saya petik adalah bahwa LKPD yang efektif di jenjang SMA harus dirancang untuk mendorong pemahaman konseptual dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, bukan sekadar melatih hafalan dan perhitungan. Diferensiasi konten dan soal adalah kunci untuk mengakomodasi heterogenitas kemampuan siswa.
Mengintegrasikan visualisasi dan aplikasi dunia nyata dalam LKPD sangat membantu siswa memahami relevansi matematika. LKPD yang menantang dan relevan akan mengubah pandangan siswa dari "Matematika itu sulit dan membosankan" menjadi "Matematika itu menarik dan bermanfaat".
4. Contoh Studi Kasus PPG 2025 tentang LKPD
Situasi, Tugas, dan Masalah:
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lombok/foto/bank/originals/sekolah-tatap-mukaa-bhy.jpg)