Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT – Kehadiran Kapal Perang KRI Semarang 594 di Pulau Lombok yang sandar melalui Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat, pada Sabtu (16/8/2025), bukan hanya dalam rangka menjalankan program Kartika Jala Krida bagi para Taruna/i dari Akademi Angkatan Laut (AAL) saja, tetapi juga membawa misi keamanan untuk menjaga lautan.
Terlebih di perairan NTB, khususnya di perlintasan Pelabuhan Gili Mas yang kini mulai menjadi tempat berlabuh kapal pesiar besar, TNI AL memiliki tugas penting untuk menjamin keamanan di kawasan yang disebut sebagai perlintasan internasional.
Komandan KRI, Letkol Laut (P) Agus Yunianto, menyampaikan kehadiran kapal perang KRI Semarang 594 bukan sekadar singgah, melainkan memiliki tujuan yang jelas, khususnya terkait tugas pengamanan wilayah laut negara.
“KRI Semarang 594 merupakan kapal di bawah jajaran satuan kapal Amfhibi, tentunya memiliki fungsi khusus daripada kapal yang lain. Kita bersertifikasi sebagai kapal BAP (Bantu Angkut Personil), sehingga dalam melaksanakan oprasi amfhibi kita bisa sebagai kapal untuk pendaratan pasukan dalam oprasi,” ucap Agus saat ditemui TribunLombok.com, Rabu (20/8/2025).
Di sisi lain, lanjut Agus, dalam operasi militer selain perang, KRI Semarang 594 yang berada di bawah Komando Armada (Koarmada) I juga terlibat aktif dalam operasi keamanan laut.
Ia menjelaskan, kapal yang berjenis Landing Platform Dock (LPD) dengan panjang 123 meter (403.5 kaki) dan lebar 21.8 meter (71.5 kaki) ini merupakan kapal besar produksi PT PAL Indonesia, Surabaya. Kapal ini juga kerap difungsikan sebagai tempat pertemuan penting, bahkan bisa menjadi tempat VIP untuk kegiatan tertentu.
Sandarnya KRI Semarang 594 di Pelabuhan Gili Mas juga dijadikan ajang pertemuan sejumlah pejabat daerah yang tergabung dalam Forkopimda.
Agus menyebutkan, kehadiran KRI Semarang di Lombok juga bagian dari operasi rutin dalam pengamanan laut.
“Pastinya kita tetap melaksanakan operasi rutin apabila kita tidak melaksanakan kegiatan seperti protokoler yang lainnya. Apa bila kita telah berada di pangkalan melaksanakan pemantapan kondisi teknis, setelah itu apabila kita mendapatkan inin oprasi untuk melakukan kegiatan keamanan laut dalam rangka militer selain perang kita akan lakukan,” tegasnya.
Meski demikian, Agus menjelaskan perairan NTB sejatinya merupakan wewenang Koarmada II yang berkedudukan di Surabaya. Namun, untuk urusan keamanan laut, seluruh kegiatan tetap berada dalam koordinasi Koarmada II.
“Jadi kita hadir tujuannya kepada daerah yang rawan selektif dan khusus untuk jalur ramai. Hingga jika ada kapal yang melaksanakan perlintasan ramai dan pelayaran bisa kita berikan pengamanan,”pungkasnya.