Selain itu, Walid juga memperdaya dan menyetubuhi para santrinya dengan dalih agama.
Karakter Walid dan alur cerita serial drama terebut memiliki banyak kesamaan dengan pengalaman yang dialami para santriwai. Sehingga mereka melaporkan perbuatan AF ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Mataram.
Joko Jumadi, perwakilan Koalisi Stop Anti Kekerasan Seksual NTB mengatakan, peristiwa kekerasan seksal yang dialami para santri tersebut terjadi sejak tahun 2016 sampai 2023.
"Korban (kini) sudah menjadi alumni," kata Joko Jumadi, pada wartawan, Senin (21/4/2025).
Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram itu mengungkapkan, kasus ini terungkap setelah para korban selesai menonton serial drama Malaysia berjudul "Bidah".
Para korban merasa apa yang ditampilkan dalam film tersebut, sama dengan yang dialami saat mereka menimba ilmu di ponpes.
"Karena film Walid ini mereka berani untuk speak up (berbicara)," jelas Joko Jumadi.
Sampai saat ini, diketahui sudah ada 22 santriwati yang mengaku sebagai korban. Tapi delapan orang yang sudah diminta keterangan oleh polisi.
Lebih lanjut, Joko Jumadi mengungkap, oknum pimpinan yayasan tersebut diduga melakukan aksinya dengan melakukan manipulasi, menjanjikan santriwatinya bahwa rahimnya disucikan.
"Kelak santriwati tersebut dijanjikan akan melahirkan anak yang menjadi seorang wali," kata Joko.
Dari puluhan korban tersebut sebagian diantaranya sudah disetubuhi, sementara sebagian lainnya hanya di cabuli.