TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Gubernur Provinsi NTB Lalu Muhamad Iqbal memberikan atensi khusus kepada para 22 santriwati korban kekerasan seksual oknum pimpinan yayasan ponpes di Lombok Barat.
Lalu Muhamad Iqbal telah memerintahkan kepada Kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Eny Chaerani turun membantu para korban.
"Tiang (saya) mohon bantuan ke pelungguh (kepala UPTD) segera berkoordinasi dengan lembaga-lembaga perlindungan korban yang ada enggih!" imbuh Iqbal kepada Eny Chaerani via telepon, Selasa (22/4/2025).
Gubernur NTB Lalu Iqbal juga meminta UPTD bergerak cepat dan pro aktif bekerja sama dengan pemerintah Lombok Barat membantu para korban.
"Berikan dukungan langsung tidak usah terlalu birokratis. Niki tiang gubernur meminta langsung kepada pelungguh memberikan bantuan sebaik mungkin," kata Iqbal.
Dalam pendampingan kepada korban, Lalu Muhamad Iqbal meminta kepada UPTD menjaga kerahasiaan privasi para santriwati yang menjadi korban.
"Karena ini menyangkut masa depan korban," katanya.
Kemudian dia meminta agar kepala UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) memberikan perlindungan, termasuk di dalamnya trauma healing.
Trauma healing atau penyembuhan psikologi ini sangat penting untuk menghilangkan rasa trauma jangka panjang yang dialami korban.
Semua kebutuhan dalam penanganan kasus ini UPTD bisa langsung berkoordinasi dengan Dinas Sosial NTB. Jika ada kendala bisa melapor ke gubernur langsung.
"Karena masalah seperti ini harus cepat kita bertindak, kalau enggak kondisinya akan lebih buruk bagi korban," imbuhnya.
22 Santriwati Jadi Korban Walid Lombok
Diberitakan sebelumnya, sejumlah santriwati di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) melaporkan oknum pimpinan yayasan pondok pesantren (Ponpes) atas dugaan kekerasan seksual.
Para santriwati ini melaporkan perbuatan oknum pimpinan yayasan berinisial AF, usai menonton serial drama Malaysia berjudul "Bidah" dengan tokoh fiktif bernama Walid Muhammad alias Walid.
Karakter tokoh Walid Muhammad Mahdi Ilman dalam drama terebut digambarkan sebagai sosok pemimpin kelompok sekte sesat. Walid mengaku sebagai Imam Mahdi, pemimpin umat muslim jelang kiamat.
Selain itu, Walid juga memperdaya dan menyetubuhi para santrinya dengan dalih agama.
Karakter Walid dan alur cerita serial drama terebut memiliki banyak kesamaan dengan pengalaman yang dialami para santriwai. Sehingga mereka melaporkan perbuatan AF ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Mataram.
Joko Jumadi, perwakilan Koalisi Stop Anti Kekerasan Seksual NTB mengatakan, peristiwa kekerasan seksal yang dialami para santri tersebut terjadi sejak tahun 2016 sampai 2023.
"Korban (kini) sudah menjadi alumni," kata Joko Jumadi, pada wartawan, Senin (21/4/2025).
Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram itu mengungkapkan, kasus ini terungkap setelah para korban selesai menonton serial drama Malaysia berjudul "Bidah".
Para korban merasa apa yang ditampilkan dalam film tersebut, sama dengan yang dialami saat mereka menimba ilmu di ponpes.
"Karena film Walid ini mereka berani untuk speak up (berbicara)," jelas Joko Jumadi.
Sampai saat ini, diketahui sudah ada 22 santriwati yang mengaku sebagai korban. Tapi delapan orang yang sudah diminta keterangan oleh polisi.
Lebih lanjut, Joko Jumadi mengungkap, oknum pimpinan yayasan tersebut diduga melakukan aksinya dengan melakukan manipulasi, menjanjikan santriwatinya bahwa rahimnya disucikan.
"Kelak santriwati tersebut dijanjikan akan melahirkan anak yang menjadi seorang wali," kata Joko.
Dari puluhan korban tersebut sebagian diantaranya sudah disetubuhi, sementara sebagian lainnya hanya di cabuli.