Poltekpar Lombok

Terdampak Efisiensi Anggaran, Poltekpar Lombok Siapkan Inovasi Praktik Pembelajaran Mahasiswa

Penulis: Sinto
Editor: Idham Khalid
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

EFISIENSI ANGGARAN -Direktur Poltekpar Lombok Dr Ali Muhtasom saat ditemui Tribun Lombok, Minggu (23/2/2025). Poltekpar Lombok melakukan inovasi-inovasi yang mungkin bisa mendekati dari hasil proses pembelajaran normal setelah terdampak efisiensi anggaran.

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok merasakan dampak kebijakan pemerintah yang memberlakukan refocusing atau efisiensi anggaran hingga 50 persen terhadap kampus vokasi ini. 

Direktur Poltekpar Lombok, Dr Ali Muhtasom, mengatakan, refocusing anggaran yang sudah menjadi kebijakan presiden yang dituangkan dalam Instruksi Presiden (Inpres) nomor 1 tahun 2025  tersebut sangat berdampak terhadap standar proses belajar mengajar yang sudah berjalan selama ini. 

"Secara ketentuan yang berlaku saat ini, jika dilihat dari standar proses pembelajaran, maka Poltekpar Lombok harus melakukan inovasi-inovasi yang mungkin bisa mendekati dari hasil proses pembelajaran standar yang sudah berjalan normal selama ini," ungkap Ali kepada Tribun Lombok di Praya, Senin (24/2/2025). 

Dikatakannya, anggaran yang berlaku sebelum refocusing adalah standar satuan biaya operasional perguruan tinggi vokasi atau pembelajaran ideal untuk kampus vokasi dalam mencapai standar kompetensi unggul. 

Standar proses belajar mengajar vokasi yang berjalan selama ini, kata Ali, telah berdampak pada kualitas mahasiswa yang memiliki kompetensi tinggi, sehingga cepat terserap di dunia kerja.

"Saat ini dengan refocusing anggaran itu tentunya kita tidak mau kualitas atau kompetensi mahasiswa menurun. Di lain sisi kita mengalami keterbatasan anggaran yang sangat banyak hingga 50 persen dari anggaran sebelumnya berdasarkan aturan itu (Inpres Nomor 1 Tahun 2025," jelas Ali. 

Ali menerangkan, harus ada penyesuaian di level teknis ( Tefa & TILC red ) di mana proses pembelajaran mahasiswa yang seharusnya praktik di Tefa ( Lab Prodi ) dua kali dalam seminggu, saat ini Poltekpar Lombok hanya bisa melakukan satu kali. 

Baca juga: Poltekpar Lombok dan UNIZAR Jajaki Kerja Sama Strategis di Bidang Pariwisata dan Teknologi

Selanjutnya, pengganti praktik yang satu kali tersebut tetap akan diupayakan dengan pola atau inovasi yang lain, salah satunya memaksimalkan TILC (Teaching Industry Learning Centre) yaitu de Balent Solthan Hotel and Pesilak Tour & Travel agar mahasiswa tetap mendapatkan porsi jam praktik yang cukup. 

Namun Ali mengakui bahwa pola praktik penyesuaian yang diterapkan saat ini belum dapat diukur hasilnya sehingga hal tersebut juga menimbulkan kekawatiran akan berdampak pada kualitas alumni.

Menurut Ali, rumus seorang profesional, kompeten, mahir atau menjadi ahli termasuk SDM bidang Pariwisata dibutuhkan waktu minimal 10.000 jam untuk berlatih. Hal tersebut selaras dengan hasil penelitian ilmiah "Malcolm Gladwell".

"Jika suatu pekerjaan itu dilakukan berulang-ulang minimal selama 10.000 jam maka seseorang pasti jago banget deh. Namun dalam kondisi saat ini kami tidak berdiam diri tentunya masing-masing Prigram studi terus melahirkan inovasi baru untuk mengganti praktek mahasiswa agar mencapai 10.000 jam," jelasnya.

Pihaknya saat ini telah menyusun konsep pembelajaran secara teknis dan telah menyerahkan kepada masing-masing program studi untuk mencari model praktik mengatasi pemangkasan anggaran tanpa membebani mahasiswa.

"Sebagai contoh, mahasiswa tidak harus membeli bahan yang mahal dari koceknya sendiri atau bayar ini itu yang membebani mahasiswa, hal ini nggak kita lakukan," ungkap Ali.

"Misalkan di program studi tata hidang itu, praktik mixology drink bikin minuman yang bahannya berasal dari buah-buahan. Maka mahasiswa dapat berkreasi dengan memanfaatkan buah-buahan yang ada di sekelilingnya. Sampai di kampus nanti akan diolah dengan bimbingan dosen yang profesional," sambung Ali Muhtasom. 

Halaman
12

Berita Terkini