Bambang lalu merantau ke Jakarta hanya dengan modal ongkos transportasi pada tahun 2009 meninggalkan istri dan anaknya yang masih kecil.
"Saya berangkat ke Jakarta dengan modal nekat. Tidak ada akses dan tidak ada apa-apa. Hanya dengan cukup ongkos saja biar bisa sampai sana menggunakan bus. Saya lupa nilainya berapa waktu itu," sebut wakil ketua PD Perpamsi NTB ini.
Bambang bingung tidak tahu apa yang harus dilakukan. Hingga akhirnya agar bisa bertahan hidup dan makan, Bambang Supratomo tinggal di masjid.
Bambang harus bekerja membersihkan toilet masjid, membersihkan tempat wudhu agar bisa tinggal dan diberi makan.
Selama tinggal di Masjid, Bambang belajar banyak mengenai keislaman dan ikut kajian.
Bambang juga pernah menjadi seorang tukang parkir agar kebutuhan hidupnya bisa terpenuhi sambil mencari lowongan kerja.
"Akhirnya saya coba buka di Internet dan melihat berbagai pekerjaan di situs loker lainnya pada zaman itu. Akhirnya Alhamdulillah dapat panggilan untuk interview di salah satu perusahaan," jelas pemuda Gusdurian ini.
Tidak mudah Bambang untuk wawancara pekerjaan karena ia tinggal di Jakarta Utara sementara panggilan kerja dari perusahaan berada di Jakarta Selatan.
Akhirnya dengan sisa uang yang ada, hanya ada dua opsi pilihan Bambang.
Kalau Bambang naik bus maka ia akan cepat sampai tapi ia tidak bisa makan, sementara kalau ia sisakan uang untuk makan maka ia tidak bisa naik bus.
Akhirnya Bambang memutuskan untuk membeli makan dengan jalan kaki dari Jakarta Utara ke Jakarta Selatan.
"Saya harus jalan kaki sekitar 25-30 kilometer. Ketika haus saya cari masjid. Ketemu lapar cari di masjid juga. Jadi memang masjid menjadi andalan saya. Kalau saya lapar, ngantuk cari masjid. Bisa ngaji cukup membantu waktu itu dan kadang diminta jadi imam shalat," sebut Bambang.
Karena jalan kaki puluhan kilometer membuat sepatu Bambang bolong dan kakinya lecet semua.
Hingga akhirnya, Bambang diberikan sebuah kebahagiaan oleh tuhan dan lelahnya terbayarkan karena yang memanggil ia untuk wawancara pekerjaan ternyata perusahaan besar dan ternama.
Bambang dipanggil bekerja di perusahaan Bakrie Group milik Aburizal Bakrie salah satu orang terkaya di Indonesia dan ketua umum Golkar waktu itu.