Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - PT Angkasa Pura I (AP I) Bandara Internasional Lombok mengalami kerugian mencapai Rp60 miliar pada 2023.
Hal tersebut disebabkan optimalisasi pengembangan aset di area Bandara Internasional Lombok seluas 42.501 meter persegi mandek.
General Manager Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok Minggus Eko Tribudoyo Gandeguai mengatakan, pihaknya membenarkan merugi Rp60 miliar karena biaya pengembangan bandara alami penyusutan.
Dikatakannya, pengembangan bandara internasional awalnya menggunakan konsep Airport City sejak dibangun tahun 2008-2009.
Baca juga: Bandara Lombok Tambah Penerbangan Internasional, AirAsia Berhad Buka Rute Kuala Lumpur-Lombok
"Bandara Lombok ini kan semestinya bisa melayani kunjungan per hari sampai 20.000 dengan kapasitas terminal penumpang 7 juta per tahun. Tapi faktanya per hari kami baru melayani 6.000 penumpang," ujar pria yang akrab disapa Minggus ini dalam Gathering Media, Rabu (28/2/2024).
Minggus menyebutkan, lambatnya pengembangan aset di area Bandara Internasional Lombok pun menjadi beban sendiri bagi PT Angkasa Pura. Padahal, Bandara Internasional Lombok memiliki aset tanah yang belum dikelola cukup luas.
"Jika mau untung konsepnya bandara ini harus dibangun bersama. Kalau di sini mayoritas muslim, saya berniat bangun arena olahraga muslim seperti berkuda dan memanah. Habis itu kami cari outbound di area bandara," katanya.
Bandara Internasional Lombok memiliki runway sepanjang 3,5 kilometer yang melebihi panjang dari Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Selain itu, kapasitas daya tampung pesawat di Bandara Lombok sekitar 40 pesawat dalam sehari.
Baca juga: Didominasi Penerbangan Domestik, Penumpang Bandara Lombok Capai 2,3 Juta Selama 2023
"Tapi nyatanya kami baru bisa menampung hanya 3 pesawat per jam. Kalah jauh dari Bandara Ngurah Rai yang mencapai 32 pesawat. Artinya apa, kami harus berbuat sesuatu ya demi kemajuan bandara ini," tegas Minggus.
Minggus menyebut salah satu strategi untuk menambal kerugian Rp 60 miliar dalam setahun tersebut bisa dilakukan dengan menambah rute flight ke beberapa negara.
"Jadi, kami bisa targetkan Rp20 miliar untuk tahun 2024," pungkasnya.
(*)