"Bisa saja ini (karakter PDIP) memperkuat atau mengarahkan pilihan (PDIP) kepada TGB," katanya.
Alasan kedua, penerimaan TGB di tingkat masyarakat cukup luas.
Penerimaan masyarakat terhadap TGB cukup luas karena memang TGB dengan semangat moderasi Islamnya menjadi poin plus di mata masyarakat.
"Dan tentu ini yang disebut ekseptabilitas TGB di tingkat masyarakat yang cukup tinggi, sehingga tidak ada resistensi di tingkat masyarakat," katanya.
Menurut Bayu, ini menjadi peluang bagi TGB untuk lebih dekat dengan masyarakat, pada akhirnya lebih dikenal dan dipilih menjadi wakil Ganjar Pranowo.
Ketiga, terkait track record (rekam jejak) TGB.
Berbicara track record TGB, menurut Bayu tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi.
Pada saat menjadi gubernur NTB, TGB membawa nama NTB menjadi salah satu daerah yang banyak diperbincangan di tingkat nasional.
"Tentu track record ini tidak perlu kita tanyakan kembali," katanya.
Keempat, tentang materi operasional untuk mesin politik.
Bayu meyakini, di balik gerak gerik TGB di kancah nasional saat ini sangat erat kaitannya dengan Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo.
"Kita sama-sama tahu bahwa HT memiliki modal yang cukup kuat, yang nanti bisa menjadi modal negosiasi yang bisa ditawarkan kepada PDIP untuk menggerakkan mesin politik," jelas Bayu.
Kemudian kelima, yang paling penting TGB bisa mengambil ceruk suara yang berbeda dengan Ganjar Pranowo.
TGB bisa mengambil basis suara yang tidak dimiliki PDIP. TGB bisa menjadi pemain yang bergerak di beberapa daerah yang sebelumnya dikuasai pesaing-pesaiang Ganjar Pranowo.
"Di daerah-daerah yang memang di situ ada kantong suara dengan basis suara Islam. Misalnya di NTB, Sumatera Barat, dan lain-lain," jelasnya.