TRIBUNLOMBOK.COM, DENPASAR- Pengamat pariwisata sekaligus guru besar Program Studi Pariwisata Universitas Udayana (Unud), Prof Dr Drs I Putu Anom B.Sc M.Par menilai dan mengamati kasus bule telanjang seperti di Ubud merupakan sebuah kegoyahan pribadi seseorang.
“Menurut pengamatan saya, melihat bule telanjang menari, itu goyahnya pribadi seseorang. Arahnya stres gitu. Mungkin dikira sama dengan di negaranya bebas telanjang seperti itu tapi kita tidak tahu juga bebasnya disana gimana,” ujar Prof. Anom selaku pengamat pariwisata dan sebagai guru besar Pariwisata Unud, Jumat (26/5/2023).
Baca juga: Viral WNA Telanjang, Wakil Gubernur Bali Cok Ace Sebut Ada Bule Stres Datang ke Bali
Prof. Anom juga mengamati pariwisata Bali mulai menggeliat dan dari sisi pengawasan tidak lemah. Tetapi soal ulah nakal turis, itu kembali ke kepribadian masing-masing turis tersebut.
Meskipun demikian, menurut Prof. Anom, mungkin saja ada indikasi unsur kesengajaan oleh si turis untuk melecehkan martabat, norma adat dan budaya masyarakat Bali dan bangsa Indonesia.
“Kayaknya seperti orang yang melecehkan harkat dan martabat bangsa kita serta ingin membuat citra negatif bahwa Bali dan Indonesia itu yang menggaungkan pariwisata budaya, ternyata bisa melakukan hal sebebasnya. Intinya, ingin bikin kacau. Dan apa ada yang bermain di belakang negara pesaing, kita tidak tahu juga kita,” jelas Prof. Anom.
Ke depan, ia menyarankan Bali harus selektif untuk menerima wisatawan mancanegara (wisman), dan mengeluarkan panduan khusus tentang apa boleh dilakukan dan apa yang tak boleh dilakukan mengenai bagaimana ke Indonesia khususnya ke Bali.
Menurut Prof. Anom, panduan khusus itu harus segera direalisasikan pemerintah pusat melalui Kemenparekraf yang bekerjasama dengan Pemprov Bali.
“Biasanya wisatawan yang berkunjung punya return ticket (tiket kembali ke negaranya) atau punya tiket setelah dari Bali pergi ke negara lain. Jangan sampai karena gara-gara overstay (waktu tinggal atau berkunjung melebihi batas) dan nanti kita yang belikan tiket atau menanggungnya. Kan jadi rugi kita,” imbuh Prof. Anom.
Prof. Anom mengatakan, Visa On Arrival (VoA) bagi wisman bukanlah penyebab utama banyaknya wisman berulah atau melanggar aturan di Bali.
Ia menyebut, pasca pandemi Covid-19 mungkin membuat banyak pribadi mereka berubah, sehingga begitu berlibur ke Bali merasa bebas bisa melakukan apa saja karena ramahnya masyarakat Bali kepada mereka.
Kendati demikian, menurut Prof. Anom, saat ini kualitas wisatawan yang berkunjung ke Bali menurun dibandingkan sebelum pandemi.
“Ada kenaikan kunjungan sekarang, tapi mereka tidak beretika dan tidak memiliki tata krama. Jangan sampai yang datang itu model seperti ini hingga akhir tahun, repot nanti kita,” ucapnya.
“Jangan lagi punya pola pikir wisatawan itu raja dan kita harus turuti mereka. Kita jangan mengejar uang saja tapi harga diri kita harus tetap pikirkan. Jadi pengawasan ada dan harus segera dibuat panduan khusus,” tegasnya.(zae/tribun bali)