TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia 2004-2009 dan 2014-2019 Jusuf Kalla (JK) mengatakan sudah cukup lama tidak berkomunikasi dengan Presiden RI Joko Widodo.
JK, sapaannya, memahami padatnya agenda kenegaraan yang dijalankan Presiden Jokowi sejak awal tahun 2023.
Baca juga: Jusuf Kalla Sabet Penghargaan Tertinggi Grand Cordon of the Order of the Rising Sun PM Jepang
"Sudah lebih dari enam bulan saya tidak berkomunikasi. Saya selalu minta waktu tapi mungkin beliau sibuk," kata Jusuf Kalla saat wawancara eksklusif di kediamannya Dharmawangsa Jakarta Selatan, Jumat (12/5/2023).
Pria asal Makassar ini mengaku sebelumnya memiliki jadwal khusus untuk bertemu Presiden Jokowi.
"Sebelumnya kita ada perjanjian setiap dua bulan bertemu membantu memberikan saran dengan pengalaman-pengalaman yang ada. Sudah bertahun-tahun saya jalani itu," ungkapnya.
Simak wawancara Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dengan Jusuf Kalla berikut ini.
Isu yang mengemuka adanya politik identitas, apakah Pak JK melihat itu?
Ya politik identitas itu ingin mengurangi kecenderungan untuk mempergunakan agama, suku. Tapi jangan lupa semua juga menggunakan politik identitas, dan semua calon.
Apa yang dikunjungi pertama kampanye, pesantren kan? Siapa saja mau Anies, mau Ganjar, mau Prabowo sowan ke kyai. Itu juga politik identitas agar orang tahu bahwa calon itu dekat dengan kyai dan dekat dengan agama.
Jadi apa yang orang bicarakan itu terjadi juga terhadap semua calon presiden. Semuanya ke pesantren dan kyai. Sebenarnya mereka ingin menyambungkan ke masyarakat bahwa saya dekat kyai Jawa Timur atau siapa saja. Buat saya oke-oke saja karena faktanya memang begitu.
Bahwa jangan mengkafir-kafirkan orang, jangan menjelekkan agama, jangan, itu saja sebenarnya.
Pak Anies banyak disorot pada pilkada 2017 karena dianggap memainkan politik agama untuk menang dari Ahok, bagaimana Pak JK melihat tuduhan itu?
Saya kira nggak seperti itu. Yang terjadi Ahok gol bunuh diri, karena dia yang mulai. Yang memulai tentang agama kan bukan Anies, dia hanya kebetulan saja.
Jadi pemilih itu kayak orang main bulu tangkis. Kalau you smash bagus, kena dapat poin. Tapi kau punya smash lalu ke net lalu nyantol, (poin) itu punya lawan.
Kemudian waktu itu Ahok bikin kesalahan gol bunuh diri, smash-nya nyantol di net sehingga Anies dapat poin dari situ. Yang marah kan bukan Anies melainkan masyarakat. Dan Al-Maidah ayat 51 itu kan sebelum pelaksanaan pilkada.