Pilgub NTB 2024 Ditaksir Bakal Jadi Panggung Calon Anak Muda

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas KPPS mengenakan pakaian seragam sekolah di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 49 pada Pilkada Tangerang Selatan di Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten, Rabu 9/12/2020). Incumbent dan mantan petahana diprediksi akan out dari Pilgub NTB 2024 jika arus keinginan masyarakat yang merindukan pemimpin yang lebih segar.

Begitu pun dalam hal posisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTB, yang hingga kini masih bercokol pada posisi 29 dari 34 provinsi di Indonesia.

Betapapun telah terjadi peningkatan dalam hal capaian sejumlah indikator terhadap komponen penentu IPM.

Namun kata Didu, posisi IPM NTB tersebut tak bisa menutup mata betapa sektor pendidikan, sektor kesehatan seperti usia harapan hidup, dan juga pengeluaran riil per kapita masyarakat NTB, berada pada posisi nomor enam dari bawah.

“Akan menjadi sesat pikir dan sangat melawan logika, jika ada yang menyebut, posisi enam dari bawah tersebut adalah sebuah prestasi,” tandas Didu.

Kinerja Tidak Memuaskan

Tentu kata Didu, jika hendak diurai dan dibedah satu persatu, akan banyak sisi yang bisa dikemukakan sebagai telaah kritis atas kepemimpinan di NTB saat ini.

Dia mengingatkan, kinerja yang tidak memuaskan dari petahana, menjadi salah satu faktor yang paling penting untuk tidak melanjutkan kepemimpinan di periode berikutnya.

Baca juga: Sukiman Azmy Penuhi Undangan Bawaslu Klarifikasi Kehadirannya Saat Kunjungan Anies Baswedan

Jika masyarakat tidak puas pada kinerja tersebut, karena pemimpinnya tidak mampu memenuhi harapan dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi oleh daerahnya, maka masyarakat akan mencari alternatif pemimpin yang lebih baik.

Karena itu, Didu menegaskan, menjadi sangat wajar jika masyarakat NTB kemudian merindukan pemimpin yang muda, segar, dan inovatif untuk memimpin daerah.

Hal itu kata analis politik yang dikenal humble ini, karena banyak masalah dan tantangan yang dihadapi oleh NTB saat ini membutuhkan pemimpin yang memiliki kemampuan untuk memimpin dengan cara yang berbeda dan inovatif.

“Pemimpin muda cenderung lebih adaptif, responsif dan Smart terhadap perubahan zaman dan dinamika sosial yang terus berubah. Selain itu, pemimpin muda juga memiliki kreativitas dan gagasan yang bisa mendekatkan daerah pada solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya,” tandas Didu.

Ditanya terkait pandangan bahwa pemimpin muda identik dengan pemimpin yang minim pengalaman, Didu menegaskan, hal tersebut tidak lagi relevan.

Dia memberi contoh, bagaimana kepemimpinan anak muda di Kota Solo di Jawa Tengah, telah mampu membuat lompatan bagi daerah dengan inovasinya di sektor pariwisata, pendidikan, dan perekonomian.

“Itu sudah lebih dari cukup untuk menunjukkan bukti betapa pemimpin muda bisa fokus pada kebutuhan masyarakat dengan memberikan respons cepat dan tepat. Pemimpin muda mampu menggalang partisipasi masyarakat, memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan zaman yang cepat, dan tentu saja memiliki integritas dan moralitas,” tandas Didu.

Pun begitu, Didu tidak menampik, jika tetap ada tantangan bagi para pemimpin muda. Terutama dalam hal pendanaan kampanye.

Halaman
123

Berita Terkini