Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina
TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA BIMA - Kasus demam berdarah di Kota Bima terus menunjukkan lonjakan dalam 3 bulan terakhirnya
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan (Dikes) Kota Bima sejak Agustus jumlah kasus terus bertambah.
Dari 110 kasus, bertambah menjadi 194 kasus DBD pada 9 Desember 2022.
"Artinya dalam tiga bulan itu, ada penambahan 84 kasus demam berdarah di kita (Kota Bima) ini," kata Sekretaris Dikes Kota Bima, Syarifuddin.
Baca juga: Viral Video Anak PMI Asal Bima Menangis Sambil Peluk Selimut Ibunya yang Meninggal di Malaysia
Melihat sebaran kasus katanya, rata-rata pasien demam berdarah berasal dari kawasan kumuh seperti bagian barat Kota Bima.
"Rata-rata di Rasanae Barat, terutama bagian pesisir," ungkapnya.
Menurut mantan Kabid P2PL Dikes ini, kondisi lingkungan yang tidak sehat menjadi penyebab utama naiknya kasus DBD.
Apalagi, musim hujan saat ini membuat semakin banyaknya potensi tempat bersarang nyamuk.
"Kita tidak sadari, sedikit saja air yang tertampung maka itu akan menjadi sarang dan tempat bertelur nyamuk. Makanya kesadaran warga sangat penting," tegasnya.
Selain lingkungan, mobilitas warga antar daerah juga menjadi faktor pemicu naiknya kasus Demam Berdarah di Kota Bima.
Aktivitas warga Kota Bima yang bepergian ke daerah rawan demam berdarah, tertular virus dan membawanya ketika kembali ke Kota Bima.
"Bagi yang kekebalan tubuhnya tidak bagus, akan sangat mudah terinfeksi. Terutama anak-anak," tambahnya.
Saat ini, pihaknya sering mendapatkan permintaan fogging dari masyarakat.
Padahal kata Syarifuddin, fogging atau pengasapan bukanlah cara yang tepat untuk membasmi nyamuk pembawa virus demam berdarah.
"Satu-satunya cara, ya dengan membasmi sarang. Fogging hanya nyamuk dewasa mati, kalau telur ngak bisa," pungkasnya.
(*)