Laporan Khusus

Dilema Kopi Tambora Dinikmati Namun Tak Dikenal, Pegiat Usulkan Terminal Kopi

Penulis: Atina
Editor: Sirtupillaili
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rizal, pegiat kopi Tambora saat menyuguhkan kopi bagi pembeli di Bima, NTB.

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina

TRIBUNLOMBOK.COM, TAMBORA - Peredaran kopi Tambora di pasar nasional hingga internasional sudah tidak diragukan.

Sayangnya, biji kopi Tambora itu tidak dikenal sebagai kopi asal Gunung Tambora.

Orang-orang hanya cukup menyebutnya robusta atau arabica, bukan kopi Tambora.

Kondisi ini sangat disesalkan, terutama para pegiat kopi Tambora.

Rizal, salah satu pegiat kopi yang ditemui TribunLombok.com mencurahkan isi hatinya.

Ia tidak memiliki kedai, tapi memiliki usaha roasting.

Meski demikian, dia terus berjuang untuk mengangkat nama kopi Tambora.

Baca juga: Mendaki Lewat Kebun Kopi Tambora, Dicegat Ribuan Pacet Penghisap Darah

Tidak tanggung-tanggung, Rizal bersama rekannya Andi sempat lakukan penelitian selama 1,5 tahun untuk bisa menggali ciri khas dari Kopi Tambora.

"Sekali sebulan, kami eksplor ke Tambora untuk mempelajari tanah, pohon pelindung, hingga pakem rasanya," ungkap Rizal.

Hasilnya, cita rasa sebuah kopi sangat bergantung dari pohon pelindung di sekitar pohon kopi tersebut.

"Kopi lokal seperti di Wawo dan Donggo, pohon pelindungnya kemiri dan kunyit dan ini berbahaya. Kopi cenderung sepat, jadi rasa pahit rada ilang," jelasnya.

Bagi Rizal, kopi Tambora saat ini sudah menguasai pasar perkopian nasional bahkan mancanegara.

Akan tetapi sayangnya, bukan dikenal sebagai kopi Tambora tapi hanya sebagai kopi robusta atau arabica.

Seorang petani mengecek kualitas kopi Tambora di Desa Oi Bura, Kecamatan Tambora, Kabupaten Bima. (Dok.Alan Malingi)

Menurut duo pecinta kopi ini, pemerintah aaerah harus lebih luas lagi melihat potensi pasar kopi di dunia saat ini.

Halaman
12

Berita Terkini