Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM,LOMBOK TIMUR - Upacara Adat Ngayu Ayu, merupakan puncak serangkaian acara adat masyarakat adat Sembalun, Lombok Timur.
Acara puncak Gawe Adat Ngayu Ayu ini dilaksanakan hari Kamis 14 Juli 2022, dengan serangkaian ritual adat.
Upacara Ngayu Ayu merupakan ritual adat yang dilaksanakan tiga tahun sekali oleh masyarakat adat Lombok Timur, khususnya masyarakat adat Kawedanan Sembalun.
Upacara Ngayu Ayu dilakukan sebagai bentuk peringatan atas seluruh rangkaian sejarah, sekaligus sebagai penghormatan atas peran leluhur yang begitu besar, dalam kehidupan saat ini.
Baca juga: Mengenal Upacara Adat Ngayu Ayu Masyarakat Sembalun, Kumpulkan 13 Mata Air untuk Kelestarian Alam
Istilah Ngayu Ayu merupakan akronim, dimana NG = Ngamplang (artinya mengumpulkan), A = Aik (artinya air), Y = Yalah, U = Upacara, A = Adat, Y=Yang dan U = Utama.
Jadi secara sederhana Ngayu Ayu dapat diartikan sebagai suatu upacara mengumpulkan air dari 13 mata air.
Tujuannya semata-mata menjaga marwah leluhur dan memelihara keutuhan gumi Sembalun.
Sementara dalam kaca mata Islam Ngayu Ayu diartikan sebagai sifat-sifat Allah SWT, dimana Hayyu artinya Hidup dan Qoyyum berarti kuat dan berdiri sendiri.
Sehingga Ngayu Ayu dapat diartikan sebagai suatu upacara untuk menghidupkan dan menguatkan nilai-nilai spiritual adat Gumi Sembalun.
Adapun rangkaian upaacara Ngayu Ayu, dimulai pada hari Rabu pukul 16.00 Wita.
Prosesi pengambilan air pada 13 mata air oleh pemangku adat, untuk dikumpulkan di Berugak Desa Sembalun Bumbung.
Pada Rabu malam, pukul 20.00 wita: Pembacaan Lontar JatiSwara, oleh
para Pemaos (Para Pujangga Sasak) di Berugak Desa Sembalun Bumbung.
Pada hari Kamis pukul 07.30 Wita, dilanjutkan dengan acara ritual
menghaturkan SESAMPANG oleh Pemangku Adat.
Yaitu acara pemberitahuan kepada leluhur dan penguasa alam bahwa, upacara Ngayu Ayu segera dilaksanakan.
Karena untuk melakukan suatu upacara, sudah semestinya meminta izin dan restu kepada para leluhur dan kepada Allah SWT.
Hal ini dimaksudkan untuk penghormatan terhadap alam, agar senantiasa terjalin kesinambungan dengan manusia, untuk menjaga keseimbangan yang tetap lestari.
Pukul 10.00 Wita: Acara Penyembelihan Kerbau oleh Kyai Adat, sesuai trah atau keturunan.
Pukul 11.00 wita : Penanaman kepala kerbau oleh Pemangku Adat, sebagai pantek (atau pasak) Gumi Paer Sembalun pada khususnya dan Lombok Timur pada umumnya.
Pukul 13.00 Wita: Pemberangkatan air dari Berugak Desa Sembalun, menuju Lapangan Upacara Adat, yang diikuti pemuka adat dan pemuka masyarakat yang diiringi tari tandang mendet dan kesenian lainnya.
Pukul 13.30 Wita: Upacara Mapakin sebagai acara puncak yang diawali dengan acara silaturrahmi antara sesepuh adat dengan para tamu undangan.
Prosesi ini diikuti oleh seluruh masyarakat adat Sembalun.
Baca juga: Setelah Penantian Tiga Tahun, Upacara Adat Ngayu Ayu Kembali Digelar Masyarakat Sembalun
Selanjutnya, acara Mapakin dilanjutkan dengan 3 (tiga) prosesi lemparan ketupat, dengan tahapan sebagai berikut:
1. Lemparan pertama dimulai dengan mengucapkan 'Tanggal Lime' (5) yaitu sebagai perlambang kesempurnaan sholat lima waktu.
2. Lemparan kedua dengan mengucapkan 'Tanggal lime Olas' (15) yaitu sebagai perlambang kesempurnaan bulan purnama.
3. Lemparan ketiga dengan mengucapkan 'Tanggal Selae' (25) yaitu sebagai perlambang kesempurnaan asal usul ajaran para nabi, yaitu ajaran ketuhanan yang dibawa 25 Nabi dan Rasul.
Pukul 16.00 Wita: Upacara perang pejer (Perang Penolak Bala’) dan penumpahan air dari semua mata air di Kali Pusuk, sebagai simbol penyatuan Gumi, Air, Hutan, dan Alam lingkungan.
Pukul 16.30 Wita sampai dengan selesai: Pembacaan doa selamat yang dibacakan oleh para Kyai Adat, sebagai acara terakhir dan penutup upacara Ngayu Ayu.
Sebelumnya, Bupati Lombok Timur HM Sukiman Azmy melakukan peletakan batu pertama masjid dan kampus sekolah kebudayaan urup di Sembalun Bumbung.
Masjid dan Kampus Sekolah Kebudayaan Urup dibangun di atas tanah seluas 1,13 hektare, wakaf Dari Papuk Pe Mardisah.
Dalam sambutannya Bupati Sukiman menyatakan, jalan di dusun lauk Rurung Timuk, Desa Sembalun Bumbung ini akan dibangun jalan aspal sampai ke pembangunan universitas dan masjid.
"Sehingga ketika para sultan, para datuk, para profesor kembali lagi ke sini, jalan sudah bagus," kata Bupati Sukiman.
Keberadaan sekolah kebudayaan ini, sambung dia, paling tidak mengnigatkan kepada lima elemen yakni Tuhan, manusia, alam, malaikat dan rasulullah, dan setan yang akan mengganggu.
"Kelima elemen ini akan menyatu bersama kita. Para sultan, para datuk berkenan ke sini ini sesuatu yang luar biasa, di tempat kaki gunung Rinjani ini," ucap Sukiman dalam sambutan singkatnya.
Peletakan Batu Pertama dihadiri oleh para sultan se-Nusantara, beberapa datuk dari Malaysia.
Sesepuh kesultanan se-Nusantara, budayawan dan akademisi pemerhati budaya.
Kegiatan ini dirangkaikan dengan Acara Adat Ngayu Ayu Kawedanan Sembalun.
(*)