"Itu didapat dari karomah (anugerah Tuhan) saat sedang tidur lalu bermimpi," katanya.
Cucu keluarga Selaq Marong, Dayat, mengatakan kebiasaan Selaq Marong saat Peresean yaitu selalu memegang rotan bukan pada ujung atau pegangan rotan.
"Selaq Marong selalu memegang rotan pada bagian sedikit di tengah. Beliau sebenarnya tidak terlalu seni saat bertanding. Tapi kalau serangan kena lawannya, bahaya," ujarnya.
Dayat mengatakan pernah terjadi keributan saat Selaq Marong Peresean di Masbagik Lombok Timur. Saat itu dia menyerang lawannya hingga meninggal. Itu membuat terjadi kericuhan di arena.
"Gemparnya dulu pertarungan beliau waktu di Masbagik sampai keributan besar terjadi, karena lawan tandingnya langsung meninggal di tempat," katanya.
Selaq Marong juga pernah bertarung dengan Haji Rijal yang memiliki julukan Arya Kamandanu. Itu adalah pertarungan dua pepadu perkasa di Lombok. Dalam pertarungan, Selaq Marong berhasil menang.
Konon saat Kapolda NTB waktu itu ingin menobatkan Arya Kamandanu sebagai pepadu terbaik, pihak Selaq Marong protes karena keduanya belum bertanding lagi. Akhirnya waktu pertandingan disepakati.
Namun karena Arya Kamandanu pernah kalah, saat waktu pertandingan di arena Arya Kamandanu menolak untuk bertanding. Sehingga Selaq Marong terpilih menjadi pepadu terbaik.
"Sehingga terjadilah kesepakatan hari pertarungan Arya Kamandanu dengan Selaq Marong. Namun pas hari pertandingan yang sudah ditentukan, Arya Kamandanu menolak untuk bertanding," ujarnya.
Merawat Tradisi Peresean
Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6, Bambang Mei Finarwanto, mengatakan sosok Selaq Marong menjadi legenda di masyarakat Lombok. Banyak masyarakat Lombok sangat familiar dengan nama Selaq Marong.
"Jadi kalau kita bertanya ke masyarakat, siapa Selaq Marong ya pasti dijawab pepadu Peresean. Karena namanya sudah familiar," katanya.
Dia menjelaskan, pepadu Peresean saat berlaga tidak hanya untuk mencari hadiah berupa uang, tapi menjadi simbol kehormatannya laki-laki Sasak, dan juga untuk merawat tradisi.
"Mereka bertanding tidak hanya untuk mendapatkan bonus atau hadiah. Tapi sebagai bentuk kehormatan seorang pria Sasak, sekaligus untuk merawat tradisi," katanya.
Lombok memiliki beragam destinasi wisata dan juga memiliki banyak budaya dan tradisi. Budaya dan tradisi tersebut menjadi atraksi pariwisata yang menjadi magnet menarik minat wisatawan berkunjung ke Lombok.
"Sehingga Peresean harus terus dilestarikan sebagai bagian dari atraksi pariwisata di Lombok," tukasnya.
(*)