Wawancara Khusus

Wagub Sitti Rohmi Bersyukur di Tengah Pandemi NTB Bisa Mencapai 100 Persen Posyandu Keluarga

Penulis: Patayatul Wahidah
Editor: Dion DB Putra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kalau bicara tentang Posyandu, para kadernya kebanyakan perempuan. Tapi mestinya ada kader laki-laki juga. Bagaimana di NTB?

Ada juga dan rata-rata mereka punya passion. Kalau kita bicara honor kader ya walaupun kita di provinsi dari sejak 2019 sudah keluarkan edaran bahwa honor itu minimal Rp 150 ribu, tidak boleh kurang dari itu.

Bahkan ada desa yang perhatian dan memang mampu bisa sampai Rp 200 ribu dan seterusnya tapi paling tidak kita sudah beri garis ini tidak boleh kurang dari segini.

Kita tahu (honor) kan tidak seberapa kalau dibandingkan dengan etos kerja mereka, semangat mereka mengedukasi warga ya aktif setiap kegiatan dan seterusnya.

Ini memang harus passion dan passion itu yang paling saya hargai. Bersyukur hasilnya bisa baik karena banyak orang memiliki passion dalam bidang kesehatan.

Posyandu keliarga ini bisa menjadi role model. Satu praktek baik dari Nusa Tenggara Barat yang harus terus digaungkan ke mana-mana.

Iya, iya.

Secara kelembagaan Posyandu keluarga di NTB sudah oke. Kira-kira apa yang menjadi prioritas pada tahun 2022?

Sekarang ini kita akan berlari. Ya fokus untuk kualitas, kan kualitas itu juga gak gampang. Konten edukasi, evaluasinya apa.

Kualitas misalnya soal stunting, Pengukurannya bagaimana, pengukuran berat, pengukuran tinggi badan, peralatan, semua itu harus betul-betul kita yakin semuanya dalam kondisi yang prima.

Peralatan prima, SDM prima, SOP prima ya, evaluasinya juga prima. Kita juga membuat standar, Dinas Kesehatan Provinsi NTB membuat standar ada Posyandu gemilang, bintang satu, dua, tiga. Jadi itu yang dikejar.

Kalau bintang tiga seperti apa, bintang dua, bintang satu. Jadi mereka mengarah ke bidang tiga dan alhamdulillah responsnya bagus. Sepuluh kabupaten/kota berlomba-lomba dan bagus.

Terutama yang paling bagus itu ya Lotim. Lotim itu bagus sekali respon untuk mencapai bintang tiga gemilang. Paling banyak itu Posyandunya yang mencapai bintang tiga gemilang. Karena memang Posyandu Lotim paling banyak.

Jumlah penduduknya juga paling banyak di NTB kan Bu?

Iya, 25 persen dari penduduk di NTB ada di Lombok Timur. Sumbawa juga bagus responsnya bagus. Jadi 10 kabupaten/kota rata-rata sedang berbenah.

Untuk memotivasi apakah ada reward untuk mereka?

Ada reward tetapi jika kita berbicara tentang reward itu tidak seberapa. Itu cuma buat semangat aja.

Tetapi yang terpenting karena 10 kabupaten/kota berkepentingan betul untuk menurunkan angka stunting, menurunkan angka gizi buruk, kematian bayi, kematian ibu hamil, pernikahan anak, sehingga semua bergerak bersama. Kemudian juga soal isu buruh migran ilegal.

Ini isu-isu yang krusial, tidak gampang kita tangani kalau edukasinyaa tidak betul-betul dari bawah. Kita paham ini kepentingan kita bersama sehingga menjadi tekad bersama untuk kita sukseskan.

Tadi Ibu Rohmi singgung tentang stunting, kira-kira target yang diinginkan provinsi berapa?

Bicara masalah stunting ini kita fokus bagaimana agar Posyandu aktif, kegiatannya berkualitas sehingga bisa memotret betul balita kita yang stunting, wasting, underweight itu dengan akurat dan mengetahui by name by address.

Sehingga kita bisa mengintervensinya fokus.Kita tidak hanya edukasi general. Edukasi general kita tidak fokus by name by address tapi kita harus tahu siapa bayi yang stunting yang wasting namanya siapa, alamatnya mana, keluarganya mana, masalahnya apa.

Intervensi lebih fokus sehingga tepat, mengatasinya juga lebih tepat sasaran tidak general gitu loh. Itulah kenapa kami mendorong untuk e-PPGBM.

Aaplikasi yang memang sudah ada di Kementerian Kesehatan itu betul-betul bisa dimanfaatkan 100 persen di NTB sehingga bisa tercatat semuanya.

Balita stunting, wasting, underweight ini di seluruh Posyandu yang ada di NTB. Kita tahu di Posyandu A berapa anak yang stunting, siapa ibu itu, dimonitor terus. Oh ini bulan depan gimana perkembangannya, tingginya bagaimana, beratnya bagaimana.

Alhamdulillah, di NTB e-PPGBM itu sudah hampir mencapai 100 persen. Sehingga kita bisa mengatakan angka stunting di NTB ini segini loh. Dan di tahun 2021 angkanya 19,23 persen.

Angka stunting 10 kabupaten/kota juga lengkap. Memang masih ada tiga kabupaten/kota yang angkanya di atas 20 persen.

Paling tinggi memang KLU (Kabupaten Lombok Utara) sekitar 27 persen. Ada Loteng (Lombok Tengah), Lobar (Lombok Barat). Tetapi yang lain itu sudah di bawah 20 persen. Tetapi kita tidak boleh lengah juga karena hal yang begini akan gampang naik turunnya. Karena proses edukasi ini tidak akan pernah berhenti.

Proses edukasi harus terus-menerus sehingga tertanam di pemikiran di seluruh keluarga di NTB ini bagaimana merawat anak. Agar anak itu gizinya bagus. Jangan sampai stunting. Kalau sampai stunting risikonya apa.

Semua orang tua ingin anaknya menjadi orang yang bermanfaat, menjadi berhasil, sukses, menjadi bermacam-macamlah ada yang mau jadi insinyur, dokter, segala macam tapi bagaimana kalau kurang gizi? Bagaimana kalau stunting kan mereka kemampuannya juga akan berkurang.

Nah itu semua rumah tangga di NTB harus paham. Supaya betul-betul rumah tangga, keluarga di NTB ini memahami betul bagaimana merawat anak, merawat keluarganya.

Agar anak-anak dan keluarganya sehat, pendidikannya bagus ya, lingkungannya bagus kan itu goalnya ke situ. Jadi gak akan pernah berhenti edukasi ini dan kualitasnya terus-menerus harus kita tingkatkan. (patayatul wahidah/bersambung)

Simak wawancara khusus lainnya di sini

Berita Terkini