Namanya perempuan itu kan passionnya untuk hal-hal yang begini tinggi yah karena dia seorang ibu, punya anak, membina keluarganya.
Memang peran perempuan di sini besar. Kemudian semangat dari tim Dinas Kesehatan Provinsi, yang terus menerus bersilaturahmi dengan 10 kabupaten/kota merajut kesepahaman bersama DPMPD kemudian dinas-dinas lain intens dilakukan.
Ini memang satu hal yang saya syukuri. Semangat walaupun kita tahu kalau dua tahun ini pandemi. Kita bekerja dalam tekanan tinggi apalagi kita fokusnya di Covid-19.
Prokes Covid-19 bisa diedukasi juga lewat Posyandu. Posyandu bisa aktif dengan cara sesuai kondisi pandemi. Kunjungan ke rumah dan sebagainya memang ada kendala. Ya namanya pandemi tidak bisa 100 persen langsung aktif.
Akan tetapi terus kita dorong sehingga Posyandu tetap menjadi sarana edukasi.
Di masa pandemi Covid-19, Posyandu kita dorong untuk tetap aktif dengan prokes yang ketat.
Di masa pandemi Covid-19 ini edukasi menjadi satu hal yang sangat penting untuk saling menguatkan satu sama lain. Alhamdulillah di tahun 2021 di saat Covid, malah kita di NTB bisa mendorong 7.600 lebih Posyandu itu menjadi Posyandu keluarga semua.
Awalnya sebagian besar Posyandu KIA. Namanya Posyandu KIA dia hanya melayani bayi dan ibu hamil. Begitu jadi Posyandu keluarga, remajanya harus aktif, posbindunya untuk usia produktif harus aktif, Posyandu lansianya juga harus aktif.
Sehingga banyak yang bisa kita sasar seperti Posyandu remaja bicara narkoba, bicara pernikahan anak, bicara kurang darah. Kan remaja-remaja kita anemia.
Kemudian bicara hal-hal edukasi tentang reproduksi segala macam bisa masuk di situ, tentang gizi juga.
Kemudian lansia, penyakit-penyakit tidak menular juga banyak. Seperti diabetes, kemudiaan darah tinggi segala macam itu menjadi penyakit yang paling tinggi presentasenya. Nah, itu bisa kita sasar.
Posbindu juga ada sehingga kita bisa sasar untuk usia produktif. Kita edukasi masalah lingkungan,kebencanaan. Apalagi kita ingat kan dari tahun 2018 ada gempa yang sangat luar biasa. Yang mengajarkan kita betapa harus sadar bencana.
Sadar bencana dari dusun, dari lingkungan gitu. Jadi desa, lingkungan, dusun kita itu harus menjadi desa tangguh bencana.
Mitigasinya ya kita harus tahu hal-hal praktis yang simpel yang sesuai dengan kearifan lokal yang bisa kita lakukan untuk menghindari terjadinya bencana. Baik itu bencana alam ataupun bencana yang disebabkan oleh ulah manusia.
Itu semuanya harus teredukasi dengan baik. Saya bersyukur kita di NTB ini bisa punya semangat walaupun di masa pandemi semangatnya tetap tinggi.
Apalagi bicara tentang tenaga kesehatan di masa pandemi ini tidak gampang kerjanya.Mereka kerja itu tidak normal. Tidak seperti masa sebelum pandemi tapi alhamdulillah tidak menyurutkan semangat kita.