Sebelum pandemi Covid-19, ia bisa bebas berjualan di Terminal Mandalika dengan gerobak dorong.
Sekarang hasil jualan sepi dari pembeli. Sehari dia hanya dapat berjualan sebanyak Rp 120 ribu.
Jumlah itu dirasakan Idris masih kurang, karena harus menghidupi 13 orang anaknya.
Sebagian anaknya ikut membantu cari uang dengan menjadi buruh kasar di Terminal Mandalika.
Idris bersama 13 anaknya tinggal tidak jauh Terminal Mandalika, tepatnya di dekat masjid terminal.
Di usia senja saat ini, Idris mengaku masih memiliki secerca harapan.
“Saya hidup lima tahun lagi saja sudah bersyukur, ya tidak muluk-muluk yang penting anak saya bisa sukses,” tandasnya.
(*)