Berita Lombok

Teman Baca, Perpustakaan Alternatif di Lombok yang Jadi Lokasi Favorit Mahasiswa Mngerjakan Skripsi

Penulis: Robbyan Abel Ramdhon
Editor: Lalu Helmi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Deddy (baju hitam) melakukan kegiatan podcast literasi di markas Teman Baca bersama penulis Lombok Iin Farliani.

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Robbyan Abel Ramdhon

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Berdasarkan hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis melalui Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 lalu, diketahui Indonesia merupakan 10 negara dengan tingkat literasi rendah.

Berangkat dari data tersebutlah, Dedy Ahmad Hermansyah atau akrab disapa Dedy (35), menginisiasi pembentukan Komunitas Teman Baca.

Komunitas Teman Baca adalah sebuah kelompok literasi yang bergerak dalam penyediaan fasilitas baca umum.

Baca juga: Komunitas Rumah Baca Nusa di Lombok Tengah Luncurkan Produk Kue Kering Takasi

Baca juga: Tingkatkan Literasi Warga, Perpusda Lombok Tengah Gelar Ngabuburit Bersama 21 Komunitas Baca

Saat ini, mereka bermarkas di Jalan Pemuda No.69, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Pada awal pembentukannya Oktober 2016 silam, Komunitas Teman Baca mengawali aktivitas mereka dengan membuka lapak baca di Jalan Udayana.

“Oktober 2016, saya (Dedy), Asbari dan Mbak Maya mulai melapak pertama kali di Udayana. Itu sebelum punya markas,” kata laki-laki kelahiran Sumbawa itu mengawali ceritanya, pada Kamis (7/4/2022).

Dedy mengaku banyak masyarakat yang mendukungnya dalam kegiatan literasi tersebut.

“Banyak yang mau menyumbang bukunya, tapi kami belum punya nama. Akhirnya setelah diskusi, terbentuklah nama Komunitas Teman Baca. Pelesetan kata ‘taman’” tambah Dedy bernada santai.

Alumnus Jurusan Sejarah Fakultas Sastra (kini berganti menjadi Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Hasanudin itu juga mengungkapkan, banyak mahasiswa maupun masyarakat umum berkegiatan di markas Komunitas Teman Baca.

“Banyak mahasiswa ke sini (markas Komunitas Teman Baca), peneliti, bahkan masyarakat umum juga ke sini buat nongkrong,” jelas Dedy.

Ada pun yang membedakan perpustakaan Komunitas Teman Baca dan Perpustakaan lain seperti yang disediakan Pemerintah Daerah ialah pada kategori bukunya yang didominasi buku-buku sejarah dan sastra.

“Karena latar belakang saya sejarah (sejarawan) dan kebetulan minat saya sastra, maka buku-buku jenis itu banyak di sini. Tapi juga ada buku jenis lain seperti dongeng dan majalah,” kata Dedy sambil memperlihatkan koleksi buku-buku.

Bangunan seluas 15x15 meter dan terdiri dari empat ruangan yang disewa Komunitas Teman Baca saat ini, jelas Dedy, punya fungsinya masing-masing.

“Ada ruang untuk diskusi film, diskusi sosial, filsafat, acara kesenian, dan ruang perpustakaan ini sendiri, semuanya boleh dipakai gratis,” lanjutnya.

Dedy mengajak masyarakat untuk tidak perlu sungkan mengunjungi markas Komunitas Teman Baca. Syarat meminjam buku pun cukup dengan meninggalkan foto KTP dan nomor kontak.

“Datang saja langsung ke sini, siapa pun dan kapan pun,” pungkasnya.

Informasi seputar kegiatan atau event yang diselenggarakan Komunitas Teman Baca, tersedia di laman media sosial instagram @komunitas_temanbaca.

(*)

Berita Terkini