Laporan Wartawan TribunLombok.com, Patayatul Wahidah
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Kemdikbud Anindito Aditomo menyebut pandemi Covid-19 membongkar krisis pembelajaran di Indonesia.
Menurutnya banyak anak yang mengenyam pendidikan di sekolah tapi tidak berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan kompetensi paling dasar seperti kemampuan membaca.
“Ini fakta yang menyedihkan untuk kita semua tapi Covid memaksa kita untuk mengakui itu,” kata Anindito dalam pembukaan pemantauan bersama implementasi program inovasi Provinsi NTB di FKIP Universitas Mataram, Senin (28/3/2022).
Baca juga: Indonesia-Australia Jalin Kerja Sama Tingkatkan Kualitas Pendidikan NTB Melalui Program INOVASI
Baca juga: Festival Takbir dan Dile Jojor akan Meriahkan Ramadhan di Islamic Center NTB
Tapi dia menolak menyalahkan pandemi Covid-19 sebagai penyebab krisis pembelajaran.
Krisis pembelajaran, sebut Anindito, dinilai sudah lama terjadi jika melihat dari data yang ada.
Data dari tahun 2000 hingga 2018 menunjukkan hanya sekitar 30 persen dari siswa yang memiliki kemampuan membaca tingkat dasar.
Bahkan setelah mengenyam pendidikan selama sembilan hingga sepuluh tahun, hanya 30 persen anak yang bisa memahami dan mencerna makna dari suatu bacaan.
“Ini data sebelum Covid ya dan setelah pandemi semakin parah,” ujarnya.
Selain itu Anindito menjelaskan kesenjangan yang terjadi juga menjadi faktor dari krisis pembelajaran.
Ia memberikan analogi siswa di kelas sosial menengah hingga atas ditempatkan dalam satu kelas dengan siswa yang kelas sosialnya menengah ke bawah.
Perbandingannya menunjukkan hasil pembelajaran yang berbeda.
Kemampuan bernalar hingga berbahasa mereka akan terpaut dua tahun pembelajaran.
Anindito menyebut Kemdikbud membuat kebijakan yang berfokus pada penyelesaian krisis pembelajaran.
“Jadi kita sudah harus mengubah mindset dari sisi pengambil kebijakan agar semua kebijakan diarahkan untuk menyelesaikan apa yang menjadi penghambat,” pungkasnya.
(*)