Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robbyan Abel Ramdhon
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT – Makam Keramat Batu Layar, yang terletak di Kecamatan Batu Layar, Lombok Barat, merupakan makam yang menjadi tempat peristirahatan dua tokoh penyebar Islam, Syekh Said Zuhri dan Syekh Ali Al Haddad.
Keduanya melakukan syiar Islam di pulau Lombok bersama sosok yang mereka kawal, yakni Syekh Sayyid Syarif Habib Abdurrahman Al Idrus Al Hadromi.
Sejarah tersebut diketahui Tribunlombok.com berdasarkan keterangan yang disampaikan H Bahril (53), orang yang bertugas menjadi Nazir (penjaga makam) di Makam Keramat Batu Layar, Sabtu (12/2/2022).
Baca juga: Sejarah Makam Keramat Batu Layar, Dari Batu yang Berlayar Hingga Penjaga Makam Turun-Temurun
Baca juga: Kisah Amaq Ambo 25 Tahun Rawat Makam Maulana Syaikh TGKH Zainuddin Abdul Madjid, Berharap Karomah
Bahril telah melakoni profesinya sejak tahun 2010, meneruskan tradisi yang telah dilakukan keluarganya, yang juga merupakan para Nazir terdahulu.
Dari penuturan Bahrir, makam yang berusia sejak abad ke-19 itu memiliki berbagai nilai historis. Dan berikut Tribunlombok.com telah merangkumnya dalam 5 fakta Makam Keramat Batu Layar, Lombok Barat:
1. Merupakan Lahan yang Diwakafkan
H Bahril bercerita, dulunya makam tersebut merupakan milik buyutnya yang menjadi penduduk Batu Layar saat masih berupa hutan.
Buyutnya itu bernama Kayaji, dan saat itu dialah orang pertama yang menyambut kedatangan para Syekh Sayyid Syarif Habib bersama dua pengawalnya saat menyebarkan Islam di wilayah pesisir Lombok Barat.
Ketika dua pengawal sang habib meninggal, Kayaji mewakafkan tanah miliknya sebagai tempat peristirahatan mereka dan hingga kini menjadi makam dari dua pengawal tersebut.
Sedangkan Syekh Sayyid Syarif sendiri menghilang secara misterius setelah sepeninggal dua pengawalnya.
2. Dijaga Secara Turun-temurun oleh Keluarga Nazir
Nazir adalah penyebutan bagi orang yang ditunjuk untuk menjaga makam.
Bahril merupakan salah satunya.
Ia bersama empat anggota keluarganya yang lain meneruskan tradisi keluarga mereka sebelumnya untuk menjadi Nazir dari Makam Keramat Batu Layar.
Sejak buyut, kakek, ayah, paman, hingga dirinya, terhitung Bahri telah menjadi keturunan kelima yang menjadi Nazir sejak abad ke-19.
Jarak panjang yang membentangi satu Nazir ke Nazir selanjutnya dipengaruhi oleh faktor usia dari masing-masing mereka yang panjang.
Ayah Bahril sendiri, lahir tahun 1891
dan wafat tahun 2005, barulah setelah itu Bahri bertugas menggantikannya.
3. Didatangi Peziarah dari Berbagai Daerah
Tidak hanya dari warga setempat, Makam Keramat Batu Layar juga kerap dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah.
Misalnya Lombok Tengah, Lombok Timur, Jawa, Sulawesi, hingga Banten.
Bahril bercerita, sebagian besar yang datang itu mengetahui keberadaan makam tersebut dari mulut ke mulut hingga informasi di internetet.
Ada juga dari mereka yang datang dengan mengaku sebagai keturunan dari salah satu dari dua syekh yang dimakamkan di sana.
Peziarah yang datang dari luar daerah jauh, biasanya akan menginap di makam untuk meminta pertolongan dalam mengatasi masalah-masalah duniawi hingga berharap mendapatkan benda pusaka berupa keris.
4. Menjadi Asal-usul Nama Daerah Batu Layar
Konon, ketika Syekh Sayyid Syarif Habib Abdurrahman hendak meninggalkan Lombok dan kembali ke tempat asalnya Yaman, ia berlayar mengarungi lautan dengan mengendarai batu.
Fakta ini bagi sebagian orang sulit diterima dalam kacamata akademik mengingat tidak mungkin batu bisa mengapung di laut.
Namun menurut penjelasan dari Bahril, itulah karomah (kemampuan luar biasa) yang dimiliki sosok penyebar agama Islam di Lombok tersebut.
Karena tidak tega melihat kedua pengawalnya yang berenang mengikuti dari belakang, diceritakan saat itu Syekh Sayyid Syarif akhirnya memutuskan kembali ke daratan Lombok.
Peristiwa ini kemudian dikenang oleh masyarakat dengan sebutan Batu Layar dan dijadikan sebagai dasar penamaan desa Batu Layar di kecamatan Batu Layar, Lombok Barat.
5. Berada di Kawasan Wisata Senggigi
Bagi pengunjung yang selesai berziarah di Makam Keramat Batu Layar Senggigi, bisa meluangkan waktu untuk tidak segera pergi dari lokasi.
Pasalnya, lokasi makam yang berada di dekat pantai Senggigi, membuat pemandangan di sekitar kawasan makam bisa langsung memperlihatkan keberadaan laut pantai Senggigi.
Tidak jauh dari sana, para pengunjung juga bisa menginjakkan kaki di pasir-pasir pantai Kerandangan, pantai Duduk, atau menikmati kuliner sate di Pasar Seni Senggigi hingga menyantap ikan bakar di kawasan pantai nipah.
Kalau pun ingin melakukan wisata religi dengan berziarah, pengunjung bisa menambah agenda dengan melakukan wisata lain di sekitaran kawasan Senggigi, Lombok Barat.