TRIBUNLOMBOK.COM - Masih jelas dalam ingatan Danarto detik-detik kecelakaan bus pariwisata yang ditumpanginya.
Danarto bersama istri, anak, dan mertuanya menjadi korban dalam insiden yang menewaskan 13 orang penumpang itu.
Beruntung, Danarto dan keluarganya masih selamat meski sempat terlempar keluar dari bus.
Warga Mranggen, Polokarto, Sukoharjo, Jawa Tengah ini berada di samping sang sopir sebelum kecelakaan terjadi.
Ia pun merasakan sejumlah kejanggalan saat bus mulai tidak bisa dikendalikan.
Penumpang Bus Pariwisata yang mengalami kecelakaan di Bukit Bego, Kedung Buweng, Wukirsari, Imogiri, Bantul ini pun berbagi kisahnya.
Ditemui di rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul, memulai kisahnya, Danarto saat kejadian kejadian berada di samping sopir.
Baca juga: 3 Balita Selamat dalam Kecelakaan Bus di Bukit Bego Imogiri, Berikut Daftar Nama 13 Korban Tewas
Baca juga: Jerit Tangis Korban Kecelakaan Bus Pariwisata di Imogiri, Tukang Parkir Lihat Tak Berani Menolong
Sebelum kejadian ketika berada di tanjakan tinggi, bus sudah tidak kuat kemudian penumpang turun.
Namun selanjutnya penumpang naik lagi setelah bus sudah berada di atas.
"Penumpang histeris (saat tidak kuat menanjak). Kernet suruh turun kasih balok,"terangnya.
Pada posisi di sisi atas jalan penumpang sudah naik lagi, kondisi bus tampak normal.
Danarto sempat mendengar pembicaraan sopir dan kernet bahwa filter bus kotor atau bermasalah.
Kernet menimpali seminggu sebelumnya lewat jalur ini tidak ada masalah.
"Baru satu minggu kita dari sini tak apa-apa,"kata Danarto mengulang pembicaraan kernet bus.
Setelah mendengar pembicaraan sopir dan kernet, Danarto mengaku perasaan sudah tidak enak.
Hingga akhirnya sampai di beberapa kali tikungan mulai tampak ada masalah.
"Sopir saat mulai menganti persneling agak gimana gitu, kayaknya sudah gak masuk,"kata Danarto mengingat kejadian itu.
Ditikungan keempat persneling sudah tidak bisa padahal kondisi jalan sudah turun.
"Dia ambil rem tapi sudah tak bisa bermain lagi,"katanya.
Danarto sempat coba tanya ke sopir bagaimana kondisi kendaraan namun belum sempat dijawab.
"Kelihatannya panik, mungkin blong. Sudah bolak balik (oleng) mau dihantamin kemana."
Bus sempat berpapasan dengan kendaraan lain dari bawah arah menanjak.
"Kalau dihantam ke kendaraan takut habis, kiri jurang, akhirnya ambik ke kanan, iya tebing"katanya.
Begitu dapat tebing, Danarto mengaku terlempar keluar kemudian masuk selokan.
"Saya tidak pingsan, lalu saya merangkak naik. Dibelakang saya ada orang. Saya naik cari anak dan keluarga, ketemu anak saya yang itu,"sambil menunjuk kamar sebelah yang dihuni anaknya.
Selanjutnya bisa menemukan istrinya yang berada di dekat bus. "Selanjutnya ketemu mertua,"ujarnya.
Kesaksian Juru Parkir di Lokasi Tak Berani Menolong
Hari itu, Minggu (6/6/2022) menjadi hari yang paling tak bisa dilupakan Bejo Praptodiharjo (65).
Bagaimana tidak, ia harus menyaksikan kecelakaan bus maut dengan mata kepalanya sendiri.
Bahkan, di depan matanya para korban sudah bersimbah darah dan beberapa di antaranya merintih kesakitan.
Sejumlah warga diketahui berada di dekat lokasi kejadian saat terjadinya kecelakaan maut bus, di Jalan Imogiri, dekat Bukit Bego, Kabupaten Bantul. Mereka pun mengungkap situasi yang memilukan yang mereka saksikan.
Satu di antaranya adalah Bejo Praptodiharjo (65), seorang juru parkir di obyek wisata Bukit Bego.
Ia bahkan mengaku sempat terkena batu dan pecahan lampu bus nahas, GA Trans tersebut.
Saat kejadian, dirinya sedang bekerja.
Baca juga: Detik-detik Kecelakaan Maut Bus Pariwisata di Imogiri, Saksi : Sopir Berusaha Ngerem, Bunyi Ces, Ces
Baca juga: FAKTA Kecelakaan Maut Bus Pariwisata:Berisi Karyawan Pabrik, Sopir Meninggal Diduga Tak Kuasai Medan
Tiba-tiba saja, terdengar suara cukup keras.
Sebuah batu dan pecahan lampu pun terlempar mengenai kaki kanannya.
“Ini (kaki) agak memar sedikit terkena pecahan lampu dan batu. Jarak saya dengan bus kecelakaan cukup dekat,” ujar Bejo kepada Tribunjogja.com .
Bejo sempat melihat korban berjatuhan dan bersimbah darah.
Namun, tangannya tak kuasa untuk menolong korban.
“Saya lihat korbannya sudah tidak kuat, tidak tega. Suara tangisan dan jeritan terdengar keras. Banyak warga yang kemudian datang menolong,” ujar warga Kedung Buweng, Wukirsari, Imogiri ini.
Bejo sempat memutuskan untuk kembali pulang dan mandi untuk menyegarkan diri.
Lantas dia pergi lagi ke lokasi kejadian.
“Saat itu saya tidak kuat melihat korban, makanya pulang dulu, mandi. Baru naik lagi,” ujarnya.
Bejo mengatakan, kala itu warga, polisi dan relawan sudah mulai mengevakuasi para korban.
Sebelum bus pariwisata nahas itu, sebelumnya juga ada kendaraan yang nyaris kecelakaan .
“Sebelumnya juga ada yang nyaris kecelakaan, tetapi akhirnya selamat,” ungkapnya.
Selain Bejo, ada juga Barhiah.
Ia adalah pedagang makanan di sekitar Bukit Bego yang tak jauh dari lokasi kecelakaan.
Barhiah mengaku mendengar suara benturan keras saat kecelakaan maut itu terjadi.
Dia kemudian mengecek ke jalan sudah melihat kondisi bus bagian depan ringsek.
"Sekitar pukul 13.00 WIB, saya mendengar ada benturan keras,"
"Lalu saya ke luar dan bus itu sudah rusak seperti itu," kata dia ditemui di warung miliknya.
Setelah itu, masih menurut Bahriah, ada satu orang diduga pengemudi sudah keluar dari bus kemudian dan meringkuk tidak sadarkan diri.
"Tidak tahu meninggal atau hidup setelah itu, saya masuk lagi," tutupnya.
Sementara itu, Kapolres Bantul AKBP Ihsan mengungkap keterangan saksi yang berada di dalam bus.
Menurut dia, sebelum kejadian supir tampak panik karena tak bisa mengendalikan kendaraannya.
"Menaiki Bukit Bego kendaraan tidak kuat sehingga sebagian penumpang turun agar kendaraan bisa menaiki tanjakan. Pada saat turunan tersebut kendaraan melaju turun dan tiba-tiba oleng," katanya dalam konfrensi pers di Polres Bantul, Minggu (6/2/2022).
Dari hasil penyelidikan awal, Ihsan menyebut adanya indikasi rem blong. (*)