Malam sebelum orang naik ke Gunung Rinjani, Amaq Lokaq melakukan ritual lekoq buaq. Semacam ritual untuk memberitahu atau permisi kepada penunggu, bahwa akan ada kunjungan ke Gunung Rinjani.
Baca juga: Geliat UMKM Jelang Superbike di Lombok, Desain Produk Berbentuk Sirkuit Mandalika
Sehingga mereka tidak diganggu, biarkan pendaki aman dan selamat.
”Paginya Amaq Lokaq memberikan sembeq kepada kami, sehingga kami siap jalan. Dijamin kami bisa selamat sampai di sana dan kembalinya,” jelas Karniwati.
Semua itu merupakan nilai-nilai kearifan lokal yang masih dipertahankan masyarakat adat Senaru sampai saat ini.
Rumah Adat Abad ke-14
Selain mempertahankan adat, tradisi, dan budaya, warga Desa Senaru juga masih mempertahankan bentuk rumah kampung adat yang dibangun sejak abad ke-14.
Karniwati menjelaskan, di Desa Adat Senaru terdapat 20 rumah adat.
Masing-masing rumah hanya terdapat satu ruangan tetapi bisa ditempati 2-3 keluarga dengan jumlah orang 6-8 jiwa.
Berdasarkan cerita orang tua mereka, rumah-rumah adat di Senaru sudah ada sejak abad ke-14.
Bentuk bangunan rumah adat tersebut sampai saat ini masih dipertahankan. Namun beberapa bagian rumah dipugar agar tetap kuat. Seperti dinding pagar, dan atap yang diganti sekali dalam tiga tahun.
”Tapi bentuknya tetap sama,” tutur Karniwati.
Rumah adat tersebut hanya terdapat satu ruangan yang bisa ditempati hingga 8 orang.
Di dalam rumah ini terdapat satu ruangan khusus di bagian tengah untuk ritual adat seperti lekoq buaq. ”Hanya kepala keluarga saja yang boleh masuk di sini,” katanya.
Kemudian terdapat amben beleq atau tempat tidur besar. Amben beleq ini tidak dipakai untuk tidur setiap hari.
Baca juga: Lima Desa Wisata Ini Bisa Dikunjungi saat Datang Nonton Superbike di Sirkuit Mandalika
Amben beleq hanya digunakan ketika ada anak laki-laki yang menikah.