Viral Kasus Anjing Canon Mati, Satpol PP Aceh Singkil: 'Tak Ada Prosedur yang Kami Langgar'

Editor: Irsan Yamananda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pihak Satpol PP Aceh Singkil menduga, anjing Canon mati karena stres saat hendak dipindahkan.

Kasus penyiksaan hewan yang kemudian banyak dijadikan konten oleh para pengguna media sosial di Indonesia, merupakan persoalan kritis bagi negara ini.

Sebab, seolah predikat tersebut mengungkapkan pandangan dunia terhadap sebagian masyarakat Indonesia yang dinilai suka menyiksa hewan.

Namun, benarkah masyarakat Indonesia suka menyiksa hewan, apa penyebabnya?

Widyanta mengatakan bahwa animal right atau hak asasi hewan perlu mendapat sorotan di dalam dunia akademik, yakni perlunya mendorong kajian trans disipliner, terutama terkait critical animal study.

Paradigma antroposentrisme dan penyiksaan hewan

Mengenai maraknya konten penyiksaan hewan di Indonesia, Widyanta memberikan perspektif awal yang menunjukkan bahwa sesungguhnya, manusia juga disebut sebagai zoon politicon.

Baca juga: VIRAL Mertua Tendang Wajah Menantu saat Akad Nikah di Bima, Ternyata Ini Penyebabnya

Zoon sendiri berarti hewan, jadi manusia adalah hewan yang bermasyarakat seperti dikutip dari Kompas.com dengan judul "Viral Video Anjing Bernama Canon Mati Usai Ditangkap Satpol PP, Apa Tanggapan Ahli?"

"Sementara hewan yang selama ini disebut non-manusia, seringkali diperlakukan sangat tidak berbasis pada hak-hak hidup mereka. Kita (manusia) jadi semacam hewan, hewan yang bengis terhadap hewan lain," jelas Widyanta.

Jadi itu, kata Widyanta, adalah kritik yang dalam paradigma besar disebut sebagai antroposentrisme, yang mana paradigma tersebut sangat kuat dalam diri kita sebagai manusia.

Paradigma antroposentrisme adalah cara pandang bahwa manusia merupakan spesies paling penting dan terpusat daripada spesies hewan.

Sudut pandang antroposentris manusia sangatlah kuat. Bukan hanya terhadap hewan, tetapi juga soal biodiversity atau keanekaragaman hayati dan seluruh ekologi yang ada di bumi.

Artinya, bahwa di dunia ini bukan hanya hak-hak hewan saja yang perlu dipahami, tetapi seluruh keanekaragaman hayati, bahkan tumbuhan atau pepohonan, juga memiliki hak yang mesti dilindungi, kata Widyanta.

"Bingkai dari semua itu adalah soal gaya demokrasi, ujungnya nanti sampai pada demokrasi ibu bumi. Jadi demokrasi ini tidak hanya untuk manusia, tetapi juga ketika ada entitas kehidupan yanglain, hewan dan tumbuhan juga punya hak," papar Widyanta.

Artikel viral lainnya

(Kompas/ Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

Berita Terkini