Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Daerah Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) selalu menjadi langganan lokasi penangkapan terduga teroris.
Setiap ada aksi teror kelompok teroris di Indonesia, Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri kerap melakukan penangkapan terduga teroris asal Bima.
Termasuk saat teror bom di depan Gereja Katedral Makassar, Minggu (28/3/2021). Di hari yang sama, Densus 88 Mabes Polri menangkap lima orang terduga teroris di Kota Bima.
Kelima orang tersebut berinisial HP, SY (47), BR (32), MH (32), dan RY (30). Mereka kini menjalani pemeriksaan di markas Polda NTB.
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik Dalam Negeri (Bakesbangpoldagri) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Lalu Abdul Wahid tidak menafikan di Bima terdapat anggota kelompok ekstremis.
Baca juga: Modus Sewa Kendaraan, Mantan Karyawan di NTB ini Malah Gadai 46 Mobil & Motor Senilai Rp 1,5 Miliar
Baca juga: Penangkapan 4 Terduga Teroris di Bima, Kesaksian Warga Soal Sosok Terduga, Kaget Ada Penangkapan
”Berdasarkan koordinasi kita dengan BNPT dan BIN, di NTB ada titik yang punya hubungan historis dengan kelompok gerakan radikal,” ungkap Wahid, di ruang kerjanya, Rabu (31/3/2021).
Dari pemetaan pemerintah, dia memperkirakan jumlah anggota kelompok ini antara 50 hingga 100 orang.
Mereka ini merupakan orang-orang yang punya pemahaman radikal dan eksklusif.
Warga yang punya pemikiran ekstrem terkait agama dan konsep bernegara.
”Ini yang eksklusif ya. Apakah dia menjadi jaringan teroris atau tidak, itu di luar jangkauan saya. BNPT yang punya datanya,” kata Wahid.
Orang-orang tersebut, kata Wahid, dalam kehidupan sehari-hari bekerja seperti warga lainnya.
Sehingga dia tidak berani memastikan apakah semuanya terlibat dalam aksi teror atau tidak.
Wahid menjelaskan, untuk mengantisipasi gangguan keamanan dari kelompok ekstremisme, pemerintah memiliki tugas pembinaan.
Pembinaan dilakukan melalui program deradikalisasi hingga pemberian bantuan ekonomi.