Debat Filsafat Ferry Irwandi

Heboh Debat Filsafat Ferry Irwandi dan Mahasiswa, Akademisi Unram Soroti Gaya Retorika

Pernyataan Ferry langsung menuai reaksi keras, tidak hanya dari publik, tapi juga kalangan akademisi.

Editor: Idham Khalid
Dok.Istimewa
PERDEBATAN - Kolase foto potongan video perdebatan Ferry Irwandi, seorang figur yang dikenal aktif sebagai podcaster, dengan seorang mahasiswa (kiri) dan dosen Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik Universitas Mataram (Unram) Widodo Dwi Putro (kanan). 

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Dunia maya dihebohkan dengan viralnya video perdebatan sengit antara Ferry Irwandi, seorang figur yang dikenal aktif sebagai podcaster, dengan seorang mahasiswa.

Potongan video tersebut menyebar luas di berbagai platform media sosial, terutama TikTok, dan menimbulkan pro dan kontra di tengah publik.

Dalam potongan sebuah video tersebut, perdebatan bermula dari pembahasan materi filsafat yang kemudian memanas. Dalam satu momen, Ferry terlihat emosi dan diduga mengucapkan ancaman verbal yang mengejutkan warganet.

"DM (Direct Message) lo semalem kayak bagaimana, ini gue personal sama lo, sekarang lo playing victim, bilang relasi kuasa. Gue tabok lo," ucap Ferry dalam video tersebut.

Pernyataan Ferry langsung menuai reaksi keras, tidak hanya dari publik, tapi juga kalangan akademisi. Salah satunya datang dari Widodo Dwi Putro, dosen Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik Universitas Mataram (Unram).

Lewat sebuah video yang diunggah di kanal YouTube Taman Metajurdika, Widodo memberikan tanggapan kritis atas sikap dan narasi-narasi yang disampaikan Ferry. Termsauk pernyataan yang ingin mengahapus jurusan filsafat.

“Setelah kamu mengatakan bahwa jurusan filsafat dihapus karena tak berguna, saya sempat bertanya-tanya. Apakah orang ini tidak mampu belajar filsafat, sehingga solusinya hapus jurusan filsafat?” kata Widodo dalam videonya.

Widodo juga menyoroti perubahan sikap Ferry yang belakangan mengklaim bahwa pernyataannya hanya untuk memantik diskusi publik. Sebelumnya, Ferry sempat mengutarakan bahwa jurusan filsafat seharusnya dihapus karena dianggap tidak bermanfaat.

“Lalu setelah para filsuf merespons atas kekeredilan kecerdasanmu, kamu berdalih bahwa itu hanya untuk memantik diskusi, memancing publik berpikir, seolah menyanggah ucapanmu sendiri, memuji filsafat sebagai ibu para ilmu, yang harus diajarkan ke semua fakultas,” ujarnya.

Menurut Widodo, pola pikir Ferry yang mengusulkan penghapusan suatu disiplin ilmu bisa menjadi preseden berbahaya.

“Kalau mengikuti pola pikir seperti itu, besok mungkin kamu akan menyarankan Fakultas Hukum dihapus karena hukum di Indonesia rusak, atau menghapus fakultas lain karena alasan serupa,” kritiknya.

Terkait ucapan Ferry yang terkesan mengandung ancaman, Widodo juga menilai hal itu sangat tidak pantas dalam ruang publik yang mengedepankan dialog dan nalar sehat.

“Setelah bilang 'gue tabok lo', apakah kamu (Ferry) akan bilang agar kita semangat belajar psikologi tentang dampak kekerasan verbal? Atau itu bagian dari kamu memotivasi korban agar belajar hukum secara serius, untuk mencermati apakah membuli orang dengan nada ancaman ‘tabok lo’ bisa memenuhi unsur-unsur kekerasan verbal atau ancaman fisik di ranah daring?” sindir Widodo.

Baca juga: Tim Dosen Fakultas Filsafat UGM Gelar Pengabdian Masyarakat di Kabupaten Lombok Timur

Lebih lanjut, Widodo menganggap gaya komunikasi Ferry sebagai bentuk manipulasi yang merendahkan nilai edukasi.

“Ini bukan metode edukasi yang mencerdaskan, ini manipulasi murahan. Apa ini metode marketing influencer demi mengejar viralitas, dengan mengatasnamakan mendidik kesadaran publik?” tegasnya.

Ia pun membandingkan gaya debat Ferry dengan kaum sofis di era Yunani Kuno, yang dikenal memanfaatkan retorika demi kepentingan pribadi.

“Jika ini benar, tidak ada bedanya dengan para sofis di era Yunani kuno. Retorika berdebat demi kemenangan dan mengejar keuntungan finansial, bukan dalam rangka menemukan kebenaran,” pungkasnya.

Ia juga berpesan kepada Ferry, agar tidak anti kritik ketika mendapat masukan dari orang lain.

"Kalau sering mengkritisi orang, ya jangan anti kritik juga dong," ucap Widodo.

Ferry Irwandi sendiri dikenal luas di media sosial, khususnya Instagram, dengan lebih dari 1,2 juta pengikut. Ia aktif membahas isu politik, budaya, dan keilmuan, termasuk filsafat, dalam berbagai forum diskusi dan podcast.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved