Pelabuhan Gilis Mas
Dishub NTB Sebut Tidak Ada Kapal Khusus Ternak di Pelabuhan Gili Mas
Dishub NTB mengakui minimnya armada kapal yang mengangkut sapi di Pelabuhan Gili Mas sehingga menyebabkan penumpukan
Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Idham Khalid
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Dinas Perhubungan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menanggapi, penumpukan truk pengangkut ternak yang ada di Pelabuhan Gili Mas, Kabupaten Lombok Barat, Sabtu (19/4/2025).
Kepala Dinas Perhubungan Lalu Mohammad Faozal mengatakan, angkutan kapal yang tersedia saat ini bukan untuk angkutan ternak, namun pihaknya meminta kepada pemilik armada KM Sentosa III rute Gili Mas - Jati Wangi agar bersedia mengangkut ternak.
"Kapasitas yang sudah disepakati 45-50 truk, hanya satu kapal yang muat ini (ternak), karena memiliki pentilasi," kata Faozal kepada TribunLombok.com, Sabtu (19/4/2025).
Faozal mengatakan, di saat yang bersamaan pergerakan truk sapi dari Bima meningkat sehingga terjadi penumpukan, bahkan jumlahnya ratusan truk.
Dia mengatakan KM Sentosa III yang bersedia mengangkut ternak tersebut melakukan muatan sebanyak dua kali sehari. Sementara KM Mutiara Barat jumlah muatannya sedikit hanya 15 truk namun cardek tertutup.
"Jadi disiasati ditaruh diburitan, sehingga aroma (kotoran sapi) tidak sampai ruang tunggu penumpang, dua hari sekali melakukan muatan penumpang," jelas Faozal.
Kapal lainnya yang melayani muatan ternak KM Trimas dari pelabuhan Lebar menuju Pelabuhan Jangkar dengan kapasitas 15 truk.
Sementara untuk permasalahan penumpukan di Pelabuhan Poto Tano sudah disediakan empat kapal ektra.
Baca juga: Polres Lombok Barat Salurkan Air Bersih untuk Ratusan Ternak Sapi yang Antre di Pelabuhan Gili Mas
Faozal mengatakan untuk mengatasi penumpukan di pelabuhan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) dan Persatuan Pedagang Hewan Indonesia (Pepehani), mengatur jadwal keberangkatan sesuai dengan jadwal kapal.
Sebelumnya diberitakan, ratusan truk pengangkut sapi menumpuk di Pelabuhan Gili Mas, Kabupaten Lombok Barat, Sabtu (19/4/2025). Akibatnya tiga ekor sapi mati karena mengalami dehidrasi dan penurunan imun tubuh.
Ketua Asosiasi Pedagang Sapi Bima Firkan Sangiang mengatakan, antrean tersebut juga terjadi di Pelabuhan Poto Tano Kabupaten Sumbawa Barat, bahkan di sana dua ekor sapi juga mati.
"Total kerugian kalau kita berbicara harga sapi di Jakarta mencapai Rp 20 juta sampai Rp 25 juta tergantung bobot, ada ratusan juta mungkin kerugian yang dialami peternak," kata Furkan saat dihubungi TribunLombok.com, Sabtu (19/4/2025).
Dia mengatakan akibat minimnya armada kapal yang membawa sapi Pulau Jawa, sekitar 110 truk pengangkut sedang menunggu jadwal keberangkatannya.
"Hanya ada satu kapal yang bermuatan 45 ekor, ada juga 17 ekor atau sekitar lima tronton," katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.