Opini
OPINI: NTB Darurat Perkawinan Anak, Mengapa DP3AP2KB Harus Berdiri Tegak?
Untuk data anak hamil dan melahirkan di fasilitas kesehatan pada tahun 2023 di NTB sebanyak 7.754 anak, pada tahun 2024 sebanyak 5.853 anak
Walaupun kita semua mengetahui bahwa anak merupakan generasi penerus suatu bangsa, sedangkan perempuan menjadi tiang negara. Oleh karena itu tumbuh kembang anak hari ini akan akan menentukan seperti apa masa depan bangsa itu sendiri.
Namun, dikarenakan secara politis, isu anak dan perempuan kurang “Seksi” maka kebijakan daerah dan kebijakan pimpinan daerah dalam politik anggaran masih belum berpihak. Hal ini dapat dilihat dari seberapa besar pimpinan daerah berani mengalokasikan anggaran belanja derahnya untuk program-program yang terkait dengan pencegahan kekerasan dan perkawinan anak di NTB.
Selama 3 tahun berturut-turut. Anggaran untuk Dinas tetap sama yaitu tahun 2021 sejumlah 29,8 milyar, tahun 2022 juga tetap sama 29,8 milyar dan tahun 2023 juga sama yaitu 29,8 milyar. Dana tersebut masih dibagi ke beberapa bidang di Dinas. Khusus untuk pencegahan kekerasan dan perkawinan anak setiap tahunnya berkisar 10,2 milyar setiap tahunnya.
Solusi terintegrasi seperti melibatkan penta-helix, dengan menggunakan teknologi berbasis IT, model kebijakan dan program yang ramah terhadap perempuan dan anak, dan perubahan perilaku yang pro-terhadap perempuan dan anak diharapkan dapat membantu dalam menaggulangi permasalah kekerasan dan pencegahan perkawinan anak di NTB.
Dalam hal ini diperlukan pendekatan sosio-kultural dan teknis yang terintegrasi dan berkelanjutan dalam mentransformasi semua program yang telah dibuat bersama.
Bukan malah menggabungkan Dinas DP3AP2KB ke dalam Dinas social. Malah seharusnya dinas tersebut diperkuat baikd ari sisi sumberdaya Manusia (SDM) maupun kebijakan anggaran yang berani keluar dari pola fikir lama. Artinya pemerintah daerah harus berani investasi untuk program yang lebih baik lagi agar kasus kekerasan terhadapa perempuan dan Anak di NTb bisa kita tekan sekecil mungkin dan anak-anak NTB memiliki pendidikan, kesehatan dan keterampilan yang baik untuk menghadapi perkembangan zaman.
Untuk mencapai tujuan di atas perlu melibatkan organisasi lintas sektor dan disiplin ilmu untuk bersama-sama merancang dan menguji perilaku sosial terintegrasi, inovasi teknologi dan dampak yang nyata dan langsung dapat terlihat di dalam kehidupan bermasyarakat.
Melalui kebijakan yang telah disusun diharapkan tercipta solusi baru untuk membantu menurunkan bahkan menghapus angka kekerasan dan perkawinan anak di NTB, memberikan pemulihan bagi korban, memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak penerus bangsa, pelibatan komunitas ke dalam semua tahapan program.
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan bukti ilmiah yang terlokalisasi dan inovasi sosio-kultural dan teknis yang dapat memberikan perbaikan dan pertumbuhan berkelanjutan untuk anak-anak generasi bangsa dalam kehidupan bermasyarakat.
Kolaborasi penta-helix dalam pencegahan kekerasan dan perkawinan anak bertujuan untuk memecahkan masalah ini dengan mensinergikan 5 aktor yaitu pemerintah, pelaku usaha, masyarakat, pusat penelitian dan pendidikan, serta media. Masing-masing aktor berkontribusi dalam cara tersendiri untuk menciptakan system berkelanjutan dari aspek lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi dalam mengatasi permasalahan kekerasan dan perkawinan anak di NTB.
Mengingat anak adalah generasi penerus suatu bangsa dan daerah. Baiknya tumbuh kembang anak akan baik pula perkembangan bangsa dimasa yang akan datang. Maka kolaborasi penta-helix harus dilakukan untuk mencegah kekerasan dan perkawinan anak dengan menciptakan multiplier-effect.
Melalui proses partisipatif akan mengintegrasikan pengetahuan, penyamaan persepsi, dan penerapan kearifan lokal dengan keahlian lintas disiplin untuk menghapus angka kekerasan dan perkawianan anak di Nusa Tenggara Barat. Dengan tetap pada tujuan pembangunan yang berkeadilan untuk tercapainya "NTB MENDUNIA".
Sekilas tentang penulis: Dr. Maharani adalah seorang peneliti di Lombok Researc Center (LRC) berkantor di Lombok Timur. Ia pernah menjadi tenaga pengajar dosen ASN di salah satu pergurunan negeri, namun memilih berhenti dan memilih bergerak di bidang sosial penelitian. Meskipun ia berhenti menjadi ASN, kini ia masih mengajar di Universita Gunung Rinjani (UGR).
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.