Berita Lombok Timur
Makna Ogoh-Ogoh Masyarakat Sajang Lombok Timur dalam Perayaan Nyepi 2025
Makna ogoh-ogoh yang dibentuk warga Desa Sajang, Lombok Timur yakni Nyai Roro Kidul dengan karekter yang lebih lembut mengangkat derajat perempuan
Penulis: Rozi Anwar | Editor: Idham Khalid
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Rozi Anwar
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Ratusan masyarakat Dusun Kampung Baru, Desa Sajang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, menggelag paai ogoh-ogoh dalam menyambut perayaan Nyepi 2025.
Untuk perayaan Nyepi tahun 2025 ini, makna ogoh-ogoh yang dibentuk warga desa yakni Nyai Roro Kidul dengan karekter yang lebih lembut mengangkat derajat perempuan.
Berbeda dengan tahun 2024 lalu, tahun lalu lebih ke hal yang seram dan garang, seperti karakter Sarabha Awatara dengan gabungan singa dan burung pemangsa.
Karakter sebelumnya melambangkan keberanian, kekuatan untuk menghadapi kehidupan sehari-hari nya sebagai umat manusia
"Tahun ini lebih kita mengangkat derajat perempuan yang agung dan halus, kalau tahun dulu lebih ke arah menyeramkan," jelas Wayan Widianate Ketua Banjar Darma duta saat ditemui saat membakar ogoh-ogoh di depan Pura.
Wayan menjelaskan ogoh-ogoh yang dibuat tersebut merupakan Nyai Roro Kidul, yang memiliki paras yang cantik dan lembut. Dan simbol itu lah yang tergambar kepada perempuan.
"Ogoh-ogoh ini merupakan Nyai Roro Kidul yang merupakan ratu pada legenda yang sering diceritakan, yaitu ratu yang cerdas dan bijak dalam mengambil sikap," terangnya.
Wayan juga mengatakan, pembuatan ogoh-ogoh tersebut dikerjakan selama dua bulan penuh, hingga menjadi ogoh-ogoh yang cantik jelita.
"Ogoh-ogoh ini dibuat oleh pemuda kita di sini, ini murni kreativitas anak muda di sini," ujarnya.
Baca juga: Cerita Ogoh-ogoh Dewa Baruna STT Amerta Karang Sidemen Menjuarai Pawai di Mataram
Sementara untuk pembiayaan pembuatan ogoh-ogoh tersebut dengan swadaya masyarakat setempat.
"Ada juga dari masyarakat yang muslim membantu kami membuatnya, entah itu dengan tenaga maupun uang," ujarnya.
Dukungan-dukungan tersebut, kata dia merupakan salah satu bentuk keragaman dalam beragama yang sudah berdampingan selama puluhan tahun.
"Itu bentuk toleransi kami di Desa Sajang ini, dan selama ini kami tetap rukun meskipun agama kami berbeda," pungkasnya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.