Lombok Timur

Nasib Warga Kampung Konveksi di Lombok Timur, Tak Ada Bantuan Pemerintah, Bertahan dengan Upah Murah

Di sini, hampir 90 persen warganya menggeluti dunia jahit-menjahit dan mematok harga jual murah, ongkos jahit satu baju seragam SD dikenakan Rp5 ribu.

Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Laelatunniam
TRIBUNLOMBOK.COM/AHMAD WAWAN SUGANDIKA
Warga yang sedang melakukan aktivitas menjahit di setiap teras rumah miliknya menjadi pemandangan yang biasa ditemukan di kampung Dasan Timuk Desa Selagik Kecamatan Terara Kabupten Lombok Timur. 

“Kalau nggak ada pesanan dari buyer kita manfaatkan sisa kain yang ada, itu kita buat jadi celana hingga keset, itu kita jual sendiri kadang sampai harus jalan ke kampung-kampung,” ungkapnya.

Kondisi ini menurutnya sangat sulit di kalangan penjahit, sampai saat ini bantuan yang diharapkan dari pemerintah tak kunjung turun ke Desa Selagik.

“Harapannya sih pak kita dapat bantuan lah, kalau nggak bisa berupa mesin jahit ya paling tidak modal,” harapnya.

“Kalau saya lihat di daerah lain ada penjahit ya sedikit tapi dia dapat bantuan, kita di sini boro boro dapat bantuan, dilirik saja mungkin nggak (sama pemerintah),” tutupnya

Kondisi yang dihadapi penjahit diakui pula oleh Camat Terara, Lalu Haryadi, dia juga mengharapkan Pemdes memperhatikan masyarakatnya dengan serius.

“Ini makannya kita minta Desa supaya uang yang begitu banyak yang mereka kelola dimanfaatkan dengan baik, saya nggak pungkiri bahwa penjahit di Desa ini (Selagik) sangat miris saya rasa,” ungkapnya.

Oleh karena itu, dia menawarkan ide supaya Pemdes bisa memberdayakan masyarakatnya lewat pemanfaatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

“Mungkin kalau saya bisa kasih saran kenapa BUMDes ini tidak membeli saja produksi dari masyarakat di sini terus pihak desa nanti yang keluar memasarkannya, penguatan brand juga harus dilakukan,” sebutnya.

Hingga lanjut dia, jika pemanfaatan BUMDes berjalan baik, akan ada tambahan anggaran yang juga diterima desa hingga besarannya Rp300 juta.

“Dengan BUMDes ini jamak jamak Kemendagri kasih anggaran dengan model pencelengan, setiap tahun Rp300 juta sebagai sumber PADes, kan itu bisa lah untuk menyejahterakan pengerajin kita ini,” ungkapnya.

“Namun saat ini kita tunggu, serius nggak ya Desa ini, yang saya dorong bukan hanya di Desa Selagik saja, namun juga di semua Desa di Kecamatan Terara,” tutupnya.

 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved