Pertunjukan Teater

Ekperimentasi Teater 'Ibu Padi' Sukses Curi Perhatian Penonton di Taman Budaya NTB

Gelaran eksperimentasi ini ditujukan untuk memberikan stimulus dalam proses pengembangan seni pertunjukan khususnya teater.

Editor: Laelatunniam
ISTIMEWA
Potret pertunjuan eksperimentasi teater berjudul 'Ibu Padi' di Taman Budaya NTB, Sabtu (5/10/2024). 

Pertunjukan yang berlangsung sekitar 45 menit itu menampilkan sebuah panggung tertutup tabir transparan.

Sebuah tabir berwarna putih yang digunakan untuk menampilkan proyeksi visual. Menampilkan video yang merupakan kesatuan dari berbagai adegan dalam pertunjukan, termasuk di dalamnya tata cahaya dan musik.

Pertunjukan teater ini mencoba memadukan unsur teknologi untuk memunculkan berbagai kemungkinan dalam memberikan pengalaman kepada penonton. 

"Memang konsepnya adalah memadukan berbagai adegan yang ada di balik tabir dengan video yang tampak. Keduanya merupakan satu kesatuan, termasuk tata cahaya dan bunyi-bunyian yang mengiring selama pertunjukan,"lanjut Opik.

Aktor yang terlibat dalam pertunjukan Ibu Padi kali ini di antaranya adalah Den, Bagus Gani, Fitria, Keishe, Ocy, Rizki, Ayu, Danang, dan Hamzan.

Adapun tim produksi terdiri dari Opik sebagai Sutradara, Penata musik oleh Emen, Ari, dan Basuki. Kostum oleh Dinda, MakeUp oleh Najwa, Penata Lampu oleh Guruh dan Aziz, Artistik oleh Bonex, Visual Director oleh Egi, dan poster oleh Cholenesia. 

Ibu Padi terinspirasi dari ide akan adanya sistem ketahanan pangan yang dimiliki masyarakat Sasak.

Sebuah konsep yang hidup dalam dunia pertanian tradisional dan terus terjaga, hingga kemudian diabaikan dan dilepaskan dari kesadaran. Tidak hanya oleh masyarakat, tetapi juga para penguasa dan pemangku kebijakan.

Lumbung yang menjadi tempat penyimpanan dan merupakan cadangan bagi masyarakat di saat krisi mulai diabaikan dan ditinggalkan. 

Modernisasi yang tidak jauh dari skema industrialiasasi, kemudian menghadirkan sistem pertanian modern dengan menggeser cara-cara tradisi.

Sistem bercocok tanam yang lebih instan dengan berbagai rekayasa dan penggunaan bahan kimia, tidak lagi memungkinkan untuk menyimpan Ibu Padi yang menjadi simbol atas cadangan dan ketahanan pangan.

Jargon-jargon kemajuan dalam perjalanannya dinilai serupa bius yang membiaskan hadirnya ketimpangan dan mengasingkan keseimbangan.

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved