Berita NTB
Pementasan Wayang Botol, Kampanye Cegah Pernikahan Anak dan Pesan Menjaga Lingkungan
Melihat serunya pementasan wayang botol dengan pesan cegah pernikahan dini dan edukasi lingkungan yang diadakan di Desa Labulia, Lombok Tengah
Mandalika memilih tidak menikah dini, dan memilih hidup di luar untuk menuntut ilmu di sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Setelah sekian tahun meninggalkan kerajaan dengan mengenyam pendidikan, ia tumbuh menjadi orang yang sukses berguna bagi agama, bangsa dan negara. Setelah itu ia memilih kembali pulang menemui orang tuanya di kerajaan.
Kepulangan putri Mandalika di istana, ternyata tidak diakui oleh kedua orang tuanya, karena sang raja dan permaesuri, merasa anaknya sudah menjadi mayat ditelan ganasnya Samudra.
Pada akhir cerita, putri Mandalikapun bercerita sejujurnya ke pada kedua orang tuanya, bahwa sebenarnya dia tidak menceburkan diri melainkan bersembunyi di belakang tebing dan memilih untuk pergi sekolah.
Dari pengakuan tersebut sang raja dan istrinyapun mengakuinya, dan memeluk anakanya putri Mandalika. Merekapun merasa gembira, dan sang raja berjanji tidak akan memaksa anaknya untuk menikah dini sebelum cukup usia dan menjadi anak yang berpendidikan.
Usai pertunjukan ratusan penonton yang melihat pertunjukan wayang botol tersebut bertepuk tangan meriah, takjub akan pementasan tradisinal yang penuh emosi.
Kampanye Pencegahan Pernikahan Dini

Field Officer to Youth Kabupaten Lombok Tengah Nurjiatul Rizkiah menyampaikan, program pementasan tersebut, selain memperingati Hari Anak Nasional juga bertujuan untuk melakukan kampanye pencegahan pernikahan usia anak.
“Tujuan program ini untuk mencegah perkawainan anak, serta kekerasan berbasis gender dan seksual di lingkungan masyarakat,” kata Rizkiah di sela-sela acara.
Program tersebut diselenggarakan di dua kabupaten di Pulau Lombok, yakni Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Timur.
Rizkiah menjelaskan, memilih kampanye lewat pertunjukan wayang botol karena merupakan budaya yang dekat dengan masyarakat Lombok. Selain kampanye tentang pesan sosial dalam pertunjukan, wayang botol juga mempunyai nilai edukasi tinggi tentang menjaga lingkungan.
Wayang botol sendiri menjadi sarana edukasi masyarakat akan kepedulian terhadap lingkungan. Sampah botol plastik dapat dijadikan mainan wayang botol sehingga sampah di lingkungan dapat terurai, bahkan sampah botol bisa menjadi sangat bernilai.
“Wayang botol ini banyak aspek yang bisa disentuh mulai dari lingkungan, seni budaya, jadi ketika mereka sudah bisa membuat wayang botol mereka akan mudah untuK mengkampanyekan baik soal lingkungan maupun isu sosial,” kata Rizkiah.
Faneza Hardiani Saputri (16) anggota FAD Labulia yang memerankan putri Mandalika dalam wayang botol mengungkapkan rasa bangganya bisa terlibat dalam kampaye pencegahan pernikahan anak melalui pertunjukan.
“Rasanya bangga asekali, bisa berbagi cerita sama teman-teman kalau menikah dini itu tidak baik, kita harus cukup usia dulu, kita hasus siap dengan kesehatan reproduksi kita, juga dengan mental,” kata Faneza.
Senada dengan Feza, Husnul Khatimah juga mengungkapkan kebanggaannya mementaskan wayang botol dengan berperan sebagai ibunda ratu.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.