Debit Air di Gunung Rinjani Menipis,TNGR Imbau Siapkan Persediaan Air Saat Pendakian

Kepala Resort Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) mengimbau para pendaki menyiapkan persediaan air minum yang cukup jika hendak melakukan pendakian.

Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Laelatunniam
TRIBUNLOMBOK.COM/ AHMAD WAWAN SUGANDIKA
Para pendaki yang memboking tiket untuk mendaki di Gunung Rinjani di Resort Sembalun, Rabu (24/7/2024). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Pasokan debit air yang berada di sejumlah Pos pendakian di Gunung Rinjani saat ini  mulai berkurang.

Sejumlah mata air tempat pengambilan utama air minum untuk para pendaki juga saat ini telah mengering.

Kepala Resort Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Sembalun Taufikurrahman mengatakan, kekurangan mata air di sejumlah pos pendakian mulai berkurang sejak Gempa Bumi 2018 silam.

"Ini lantaran dulu pas gempa banyak mata air yang tertimbun, dan hanya yang kita manfaatkan itu malah dari rembesan atau petisan-petisan yang kita kumpulkan menjadi satu yang kita alirkan ke bak penampung," ucap Taufik setelah dikonfirmasi, Minggu (28/7/2024).

Ditambah kemarau yang dihadapi Lombok Timur saat ini, debit air di pos pengambilan seperti pos 2 juga sudah tidak bisa dinikmati para pendaki.

Pihaknya mulai memberikan imbauan kepada para pendaki, agar menyiapkan persediaan air minum yang cukup jika hendak melakukan pendakian ke Gunung Rinjani.

Kekurangan air ini diyakini Taufik juga turut mempengaruhi keamanan dan kenyamanan para pendaki.

Bahkan, fasilitas seperti WC umum dan lainya yang disediakan di sejumlah pos juga mulai dikeluhkan, lantaran tidak ada aliran air yang mengalir.

"Ini kan berpotensi akan mempengaruhi juga pesikisnya. Itu juga bisa menimbulkan kecelakaan. Itu yang harus diantisipasi, pendaki harus lebih banyak ketersediaan air yang harus dibawa," ungkapnya.

Meski demikian, TNGR masih berupaya mencari mata air dengan debit yang mencukupi.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Timur telah meningkatkan status bencana kekeringan menjadi siaga darurat per 1 Juli 2024. 

Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Lotim Lalu Muliyadi mengatakan, peningkatan status ini sebagai respons atas potensi dampak kekeringan yang semakin meluas di daerah Bumi Patuh Karya ini.

"Kita sudah keluarkan status siaga darurat sebagai cikal bakal untuk mengantisipasi dampak kekeringan yang semakin meluas. Kalau semakin meluas maka tak dipungkiri status penanganannya akan kita tingkatkan menjadi tanggap darurat kekeringan," kata Mulyadi.

Muliadi juga turut mengatensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), yang berpotensi terjadi disejumlah bukit yang ada di Sembalun hingga di Gunung Rinjani.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved