Berita NTB

LPA NTB Ingatkan Bahaya Gadget bagi Anak di Sekolah

LPA NTB tegas menolak kebijakan yang memperbolehkan anak membawa gadget ke sekolah

Penulis: Rozi Anwar | Editor: Idham Khalid
TribunLombok.com/Sirtupillaili
Joko Jumadi, Ketua Relawan Sahabat Anak NTB 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Rozi Anwar 

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Nusa Tenggara Barat (NTB) tegas menolak kebijakan yang memperbolehkan anak membawa gadget ke sekolah maupun Pondok Pesantren (Ponpes).

Ketua LPA NTB Joko Jumadi, mengemukakan bahwa alasannya adalah untuk melindungi anak dari bahaya penggunaan gadget yang berlebihan.

"Apa pun alasannya saya tidak setuju anak - anak diperbolehkan membawa gadget, meski alasannya untuk belajar dan lainnya," tegas Joko saat ditemui pada Jumat (12/7/2024).

Lebih lanjut, Joko mendorong pemerintah untuk mengeluarkan surat edaran kepada sekolah-sekolah terkait pelarangan membawa gadget ke sekolah. Ia juga menekankan pentingnya kontrol orang tua terhadap penggunaan gadget di rumah.

"Saya mendorong itu kepada pemerintah agar membuat surat edaran di setiap sekolah," ucap Joko.

Joko mengatakan kontrol orang tua juga sangat penting untuk penggunaan gadget terhadap anak dirumah, karena menurutnya anak jangan sampai bebas menggunakan gadget agar anak-anak tidak membuka hal-hal yang salah

"Sekarang anak-anak ditolerir membawa gadget ke sekolah akibatnya anak tidak bisa dikontrol, kalau di sekolah anak membuka porno dan lain-lainnya siapa yang kontrol. Kalau di rumah ada orang tua yang mengontrol," tuturnya.

Ia menginginkan anak-anak di rumah tidak males bergerak, tidak malas untuk keluar bermain, sehinga tidak di rumah saja sibuk dengan gadgetnya sendiri.

"Peran orang tua sangat penting agar anak-anak bisa dikontrol menggunakan gadget," tandasnya.

Baca juga: 3 Destinasi Wisata Ramah Anak di Lombok Timur Cocok untuk Liburan Sekolah

Sementara itu, salah satu wali murid, Sahril (44), mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kebijakan sekolah yang memperbolehkan anak membawa gadget.

Ia merasa terbebani dengan biaya tambahan untuk membelikan gadget bagi anaknya.

"Kebijakan itu seharusnya tidak perlu, kami sebagai orang tua akan susah, jadinya kami harus berhutang untuk membelikan anak - anak kami, karena kami tidak tega melihatnya sendiri tidak menggunakan gadget," keluhnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved