Berita Lombok Timur
Kekurangan Air, Hasil Panen Padi di Desa Batu Yang Lombok Timur Menurun
Dilanda kekeringan akibat perubahan iklim, puluhan petani Desa Batuyang, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur mengalami penurunan
Penulis: Rozi Anwar | Editor: Idham Khalid
Laporan Wartawan TribunLombok.com Rozi Anwar
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Puluhan petani di Dusun Batuyang Lauq, Desa Batuyang, Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur mengalami penurunan akibat kekringan yang melanda daerah tersebut.
Padi yang mereka tanam pada akhir tahun 2023 lalu itu, dilanda kekeringan akibat perubahan iklim. Debit air irigasi di tempat itu menurun signifikan, membuat hasil panen menurun.
Baca juga: Banjir Genangi 2 Desa di Kabupaten Bima: Hewan Ternak, Pupuk, dan Lahan Pertanian Terendam
Suryani petani di desa tersebut menyampaikan, saat akan masuk waktu musim tanam, kondisi debit air sungai yang mengalir dari irigasi sangat kurang waktu itu. Ia bahkan sempat menunda penanaman selama sebulan untuk menunggu hujan tiba.
"Kami sempat menunda hingga satu bulan untuk melanjutkan menanam padi, karana kekeringan," Keluhnya saat ditemui di pematang sawah miliknya, pada Jum'at (3/5/2024).
Biasanya ketika memasuki akhir tahun, hujan akan segara datang, namun tahuan ini kata Suryani, hujan sangat jarang, hingga masuk pergantian tahun 2024.
Baca juga: Pemda KLU Kerja Sama dengan BI NTB untuk Genjot Kualitas Ekspor Komoditas Pertanian dan Perikanan
"Tahuan ini sangat berbeda sepeti tahun-tahun sebelumnya, air sawah kurang bahakan tidak ada," lanjut Suryani.
Fenomena iklim tersebut membuat kualitas hasil pertanian khususnya tanaman padi sangat berkurang, buah yang dihasilkan sangat menurun dan banyak yang tidak berisi (kosong) atau masyarakat setempat menyebutnya gombas.
"Kekeringan ini menyebabkan bobot padi menurun bahakan sampai tidak ada isinya." Imbuhnya.
Dari luas lahan 20 are yang biasanya mendapatkan 2 ton padi pada tahun sebelum-sebelunya, panen kali ini Suryani hanya mendapatkan 9 kuintal.
"Kalau dilihat dari kualitas padi tahun ini mungkin tahun ini kami tidak dapat banyak, bahkan belum bisa balik modal produksi," tandasnya.
Baca juga: Diresmikan Jokowi, Bandungan Tiu Suntuk Siap Aliri 1.900 Hektar Lahan Pertanian
Lebih jauh ia menyampaikan, jika mengharapkan air dari sungai dan air hujan datang ia mungkin tidak bisa menanam padi, sebab tanaman komoditas pokok ini sangat bergantung pada air, beda dengan tanaman lainnya. Sehingga ia mengambil langkah cepat membuat sumur bor di sawahnya sebagai tambahan suplai air.
"Mengharapkan air hujan dan sungai, mungkin tidak cukup untuk kebutuhan tanaman kami, apalagi dengan cuaca saat ini, jadi kami berinisiatif membuat sumur bor," Jelasnya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.