Nelayan Libur Melaut Akibat Cuaca Buruk, Utang Semakin Menumpuk di Bank

"Coba lihat angin dan ombak ini. Daripada mati, lebih baik saya di rumah bersama keluarga saya," kata Sudirman, saat ditemui, Jumat (15/3/2024).

Penulis: Rozi Anwar | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/ROZI ANWAR
Nelayan di Lingkungan Kampung Bugis, Kelurahan Bintaro, Ampenan membantu rekannya yang nekat melaut, Jumat (15/3/2024). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Rozi Anwar

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Ombak besar yang menghantam pesisir menjadi pemandangan kurang bersahabat bagi para nelayan di Kampung Bugis, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.

Empat orang nelayan terlihat duduk di sebuah berugaq pinggir pantai, mereka terlihat mengobrol sambil sesekali menghadap gelombang.

Saat cuaca buruk seperti saat ini para nelayan ini tidak bisa pergi melaut mencari nafkah.

Sudirman (38), salah seorang diantara mereka menjelaskan, mereka tengah menunggu nelayan lain yang tetap nekat pergi melaut.

Tidak lama kemudian datang perahu nelayan yang membawa hasil tangkapan, Sudirman pun bersama teman-temannya bergegas membantu perahu itu sandar.

Sebagian ikan hasil tangkapan nelayan itu dibagi ke rekan-rekannya sebagai lauk berbuka puasa sore.

Baca juga: Dampak Cuaca Buruk di Kota Bima: Harga Beras dan Ikan Naik

Sudirman mengaku, sudah empat hari sudah ia tidak melaut. Dia tidak mau mengambil risiko karena cuaca saat ini sangat buruk.

Baginya nyawa lebih penting dari pada hasil tangkapan yang ia akan dapatkan.

Meski ia harus memikul beban utang dan tanggung jawab untuk memberi makan keluarganya, Sudirman tidak mau ambil risiko.

Walau hasil tangkapan nelayan tergolong bagus, namun Sudirman tetap tidak mau melaut karena lebih mempertimbangkan keselamatannya.

"Coba lihat angin dan ombak ini. Daripada mati, lebih baik saya di rumah bersama keluarga saya," kata Sudirman, saat ditemui, Jumat (15/3/2024).

Ia menuturkan kondisi cuaca buruk seperti saat ini selalu dialaminya tiap tahun.

Ketika musim gelombang pasang datang, dia tidak pernah memaksakan dirinya untuk melaut. Pada momen seperti ini ia lebih memilih untuk merawat alat tangkapannya seperti jaring dan sampan.

Kalau memaksakan melaut belum tentu ia dapat menjual hasil tangkapannya seharga Rp 1 juta. Biaya melaut lumayan mahal, mulai dari uang bensin dan uang konsumsi.

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved