Cuaca Buruk Kembali Hantam Pesisir Mataram, 24 KK yang Direlokasi ke Huntara Merasa Aman

Seperti diungkapkan Husni (53), salah seorang warga mengaku, dia merasa bersyukur sudah dibuatkan hunian sementara oleh Pemerintah Kota Mataram.

|
Penulis: Rozi Anwar | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/ROZI ANWAR
Kondisi bangunan Huntara Mapak yang menjadi lokasi relokasi bagi warga yang rumahnya hancur akibat gelombang pasang di Kota Mataram, Sabtu (16/3/2024). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Rozi Anwar

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Akibat cuaca buruk, warga pesisir Pantai Mapak, Kelurahan Jempong Baru, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) direlokasi ke hunian sementara (Huntara) milik Pemkot Mataram.

Total ada 24 kepala keluarga (KK) yang umumnya nelayan saat ini sudah menempati bangunan Huntara tersebut. Lokasinya tidak jauh dari rumah mereka yang rusak dihantam gelombang pasang.

Keberadaan Huntara tersebut membuat warga pesisir Pantai Mapak kini merasa lebih aman dan nyaman saat cuaca buruk.

Seperti diungkapkan Husni (53), salah seorang warga mengaku, dia merasa bersyukur sudah dibuatkan hunian sementara oleh Pemerintah Kota Mataram.

"Saya sudah nyaman di sini, meski cuacanya sudah tenang, kami lebih nyaman di sini (Huntara), dan kami tidak berani untuk kembali ke sana (rumah lama), ya cukuplah untuk tempat naruh sampan dan alat tangkapan ikan saja," ujarnya.

Baca juga: Dikes Kota Mataram Imbau Warga Jaga Kesehatan di Tengah Cuaca Ekstrem

Cuaca ekstrem berupa gelombang pasang yang terjadi setiap tahun menimbulkan kekhawatiran warga yang tinggal di pesisir pantai.

Karena itu, khusus bagi warga Mapak, Pemkot Mataram membangunkan Huntara tersebut sebagai alternatif tempat tinggal sementara. Langkah cepat pemerintah ini dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat.

Para penghuni Huntara tersebut merupakan korban gelombang pasang yang terjadi pada Desember 2022. Rumah-rumah mereka hancur akibat gelombang pasang sehingga tidak mungkin ditempati lagi.

Camat Sekarbela Cahya Samudra menerangkan, 24 KK yang direlokasi tersebut merupakan korban tahun 2022 dan mulai direlokasi sejak Februari 2024. Mereka tidak bisa kembali ke rumahnya karena sudah hancur.

"Tidak mungkin balik, (rumahnya) sudah hancur dan terkikis," katanya, Sabtu (16/3/2024).

Cahya Samudra menyebutkan, untuk sementara belum ada korban baru yang masuk ke Huntara. Meski saat ini cuaca buruk kembali terjadi, namun belum ada laporan kerusakan.

"Tapi jika terus menerus sampai akhir tahun (gelombang pasang) bisa saja ada (korban baru)," jelas pria yang juga kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram ini.

Dia mengakui, gelombang pasang disertai angin kencang mengakibatkan pengurangan bibir pantai akibat abrasi.

Hampir setiap tahun mengalami wilayah pesisir mengalami abrasi. Tetapi, masyarakat yang tinggal di pinggir pantai kini telah direlokasi ke hunian sementara.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved