Satu-satunya di NTB, Lapas Terbuka Kelas IIB Lombok Tengah Bina Narapidana dengan Open Camp
Lapas Terbuka Kelas IIB Lombok Tengah memiliki perbedaan yang cukup mencolok dibandingkan dengan lapas tertutup.
Penulis: Sinto | Editor: Endra Kurniawan
Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Lapas Terbuka Kelas IIB Lombok Tengah memiliki perbedaan yang cukup mencolok dibandingkan dengan lapas tertutup.
Lapas ini sebagai satu-satunya lapas terbuka di NTB tanpa adanya tembok besar. Warga binaan juga tidak ditahan di balik jeruji besi melainkan berapa dalam sebuah pondok.
Lapas ini jauh dari kesan bertembok tinggi dan berjeruji besi serta tak hanya sebagai tempat mendidik para narapidana, tapi juga mengembangkan keterampilan.
Warga binaan berasal dari berbagai rutan di NTB yang menjelang bebas dengan kapasitas hanya 58 orang warga binaan.
Lapas terbuka ini memiliki 18 pondok dengan satu pondok diisi bervariasi mulai dari 4 orang, 3 orang, atau 2 orang.
Kepala Lapas Terbuka Kelas IIB Lombok Tengah Anak Agung Gde Ngurah Putra mengatakan, pembinaan mereka dilakukan dengan open camp.
Baca juga: Kegiatan Warga Binaan Lapas Terbuka Lombok Tengah: Bertani, Beternak, dan Menekuni Olahraga
Warga binaan disiapkan kembali menjalani kehidupan bermasyarakat dengan lebih baik, memiliki kemampuan dan keterampilan secara ekonomi untuk hidup mandiri.
"Meskipun sifatnya open camp tapi tetap sebagai warga binaan harus mengikuti aturan yang ditetapkan yang dipasang di pondok-pondok. Mereka wajib berbaur dengan masyarakat. Inikan untuk kembali ke kampungnya kembali ke masyarakat lagi," sebut pria yang akrab disapa Agung ini.
Agung mengungkapkan, mereka diperlakukan dengan lebih manusiawi, ditempatkan di rumah yang lebih nyaman tanpa terali besi, diberikan kepercayaan, kesempatan untuk mengembangkan diri dan bermasyarakat.
Hal tersebut diharapkan membuat para warga binaan tidak lagi berkeinginan melakukan kejahatan setelah mereka dibebaskan.
Warga binaan di lapas terbuka bisa dikunjungi teman-teman dan kerabatnya seminggu sekali tanpa dibatasi oleh waktu.
"Ada kelonggaran waktu bagi napi untuk bertemu istri dan anak-anaknya, maklumlah mereka kadang sudah lama tidak bertemu," kata Agung.
Warga binaan Andi Muhammmad Irwan mengatakan, selama berada di lapas, ia melakukan berbagai kegiatan positif dan produktif.

Ia mengaku tidak ada keluhan dan merasa sudah siap kembali berbaur dengan masyarakat berkat keberadaan lapas terbuka ini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.